Teriakan dan suara lodong langsung menyambut Doyoung dan yang lain. Kini mereka berlari dengan panik atas perintah orang-orang berbaju hitam tersebut.
"MAJU MAJU MAJU!!!"
"LELET BANGET SIH LO KEK PEMERINTAH NGUSUT KORUPSI!"
"GOSAH LIAT-LIAT MUKA SAYA! NAKSIR KAMU?! NUNDUK!"
Teriakan itu benar-benar berada di depan telinga Adis, membuat kupingnya berdenging dan kepalanya pening seketika. Tapi jangankan untuk berhenti sejenak, kakinya telat berpijak pun ia nyaris terjun ke depan dalam keadaan track yang menurun ini.
Di depan mereka sungai kecil yang agak deras. Di sebelah kanan sungai, ia bisa melihat Yuta dengan pakaian serba hitam dan tatapan tajam yang menusuk yang langsung membuat mereka semua bergidik.
"TURUN LO SEMUA!!!" teriaknya.
Lukas yang baru saja hendak turun ke sungai langsung ditarik oleh para panitia berbaju hitam tersebut. Tubuhnya oleng hingga terjerembap ke sungai, membuat teman-teman di belakangnya memekik kaget.
"CEPETAN TURUN!!!"
Echan dan Mark menjadi bulan-bulanan selanjutnya. Keduanya ditarik ke sungai hingga tubuh mereka basah kuyup. Untungnya Mark berhasil menahan Echan ketika cowok itu hampir terjerembap. Di atas undakan sungai, Lukas menjulurkan tangannya, membantu Echan dan Mark naik ke atas tanpa peduli teriakan dari panitia-panitia di sekelilingnya yang terus berteriak dan berusaha menjatuhkan mental dan nyali mereka.
Adis yang sejak tadi pening berusaha untuk turun sehati-hati mungkin. Tangannya refleks memegangi lengan Doyoung yang ada di belakangnya.
"Adis?" tanya Doyoung panik saat Adis mencengkram tangannya kuat. Tidak, Doyoung yakin ini bukan karena Adis takut jatuh, tapi karena gadis ini merasa sakit. "Lo nggak apa-apa?"
Bahkan sebelum gadis itu menyahut, Doyoung terjun ke samping Adis tanpa peduli teriakan panitia lain yang menyuruh ia untuk berbaris. Entahlah, firasatnya jelek soal Adis yang sejak tadi mencengkramnya. Dan benar saja. Saat Doyoung menoleh, wajah Adis sudah pucat pasi.
"HEH!"
Seorang panitia mendorong carrier Adis, membuat kakinya yang berpijak pada permukaan batu yang tertutup lumut tergelincir dan tubuhnya seketika kehilangan keseimbangan.
Sebelum Adis merasakan dinginnya air sungai, tangannya tercekal kuat. Itu Doyoung, yang berusaha menarik Adis mundur agar gadis itu bertubrukan dengan tubuhnya.
Yang bodohnya membuat tubuh Doyoung langsung terhuyung ke belakang dan terjatuh ke dalam sungai, tertindih tubuh Adis dan carrier-nya.
"WOY, BANGUN LO!"
Meski dengan bentakkan keras, namun Yuta langsung menarik Adis dan membantu Doyoung yang sudah basah dari ujung kepala dan kaki berdiri. Dengan wajah sangar setengah panik, ia menuntun Doyoung dan Adis ke atas tepian sungai dengan bantuan Lukas, Echan, dan Mark yang sudah ada di atas.
Seorang panitia di depan Lukas langsung berteriak di depan wajahnya. "JALAN TIARAP LO! CEPET!"
"JALAN TIARAP SEMUANYA!!!"
"CEPET, CEPET!"
Sekonyong-konyong mereka semua tiarap tanpa peduli jalanan berlumpur di bawah mereka yang langsung mengotori kemeja flanel mereka.
Yuta dan panitia lain naik ke atas, berjalan dan merusuh anak-anak itu agar segera sampai di depan terpal dan menyuruh mereka semua berdiri.
Di hadapan Doyoung terlihat panitia berbaju hitam lain yang berdiri dengan gaya mengintimidasi. Di tengah mereka berdiri Johnny dengan coat hijau lumut panjang dengan kacamata hitam. Di tangan kirinya terdapat toa , sedangkan tangan kanannya tersemat sebatang rokok yang masih mengepulkan asap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA SENI
FanfictionKatanya, seni itu gila. Masa? "Meong," ucap Kokom antusias. "Meong meong meong meeeeong." "Udah gila." ------------- Doyoung itu cuma anak 18 tahun yang baru lulus SMA, punya pacar, dan baru ngerasakan hidup ngekos. Tapi, setelah ngampus di kampus s...