#15 - Gunung Semerdu Kopi Dangdut

11.6K 2.3K 303
                                    

Ciee apdet cepet. Iya, sama-sama lho, kalian.






Brahma datang dari atas bukit dengan bendera PEFT dan sirene yang menguar dari toa di tangan Hansol. Mereka langsung melingkari Mahakaali, Parvati, dan para peserta yang sudah berbaris dengan rapi.

"Parvati, Mahakaali, kalian berbaris di belakang Brahma!"

Perintah Taeil langsung dilaksanakan oleh para Parvati dan Mahakaali yang bergegas berbaris di belakang Brahma, meninggalkan para peserta berbaris di depan Brahma.

Sirene pun mati, berganti dengan suara menggelegar Hansol yang memecah hening di antara mereka. "Kami, Brahma, mendapat laporan bahwa kalian semua meminta negosiasi atas keputusan Brahma. Apakah benar?"

"Benar, Ya Brahma," sahut Mark tegas. "Kami ingin mengajukan kembalinya regenerasi PEFT."

"Ya, Brahma, kami ingin mengajukan negosiasi," timpal Lukas. "Kami akan menerapkan materi Parvati dan Mahakaali sebagai bukti kami layak menjadi regenerasi PEFT."

Dari raut wajah Hansol, ia terlihat tertarik. "Apa itu?"

"Materi yang diberikan adalah kepemimpinan, dan kami sebagai sineas muda tentu dituntut untuk memiliki jiwa kepemimpinannya. Hal ini berguna saat kami melakukan produksi film. Maka dari itu, kami mengajukan pembuatan film sebagai bentuk tanggung jawab dan penerapan materi."

Peserta benar-benar yakin dengan jawaban itu. Bahkan Mark merasa mereka memang digiring untuk mencapai kesepakatan ini—membuat film. Tapi raut tertarik Hansol yang berubah drastis seketika membuatnya yakin ini masih kurang.

"Untuk apa?" balas Hansol dingin. "Kami semua alumni Jurusan Film, sebagian sudah bekerja di industri perfilman. Buat apa kami menonton film kalian?"

Beberapa menit hanya hening yang menyelimuti semua orang di sana. Mark sudah tidak bisa berpikir lagi, sedangkan yang lain terlihat mulai termakan intimidasi Brahma.

Adis melirik Doyoung. "Mereka mancing kita buat mikir film kita bakal di ke manain nggak sih?"

Doyoung mengangguk. "Lo bener."

Kini Doyoung mengangkat tangannya. "Tambahan, Brahma. Bagaimana selain kami memproduksi film, kami juga akan mengadakan screening film kami nanti?"

Hansol menaikkan sebelah alis. "Berapa film yang akan kalian buat?"

Kali ini Winwin yang bersuara. "Izin menambahkan, Ya Brahma. Karena kami masih membutuhkan bimbingan dan kami rasa menyatukan delapan puluh kepala terasa sulit untuk saat ini, bagaimana kalau kami membuat film perkelompok awal? Untuk acara screening, kami semua akan bekerja sama."

"Siapa target penonton kalian?"

"Semua kalangan," jawab Doyoung. "Kami akan menanyakan film per segmen sesuai rating film yang akan kami buat."

"Di mana?"

"Kami akan diskusikan sambil produksi. Boleh?" Doyoung menghela napas sejenak. "Tapi kami masih membutuhkan bimbingan Parvati dan Mahakaali dalam produksian ini."

Tawa merendahkan terdengar dari arah Hansol. Cowok itu menunjuk barisan di belakangnya. "Mereka?"

Doyoung mengangguk yakin.

"Mereka bahkan ngelanggar SOP! Karena Mahakaali juga temen kalian masuk jurang!"

"Interupsi, Ya Brahma!"

Kali ini Adis mengangkat tangannya. Semua mata langsung tertuju pada tubuh mungilnya yang terlihat sedikit gemetaran. Tentu Adis gugup, tapi ia tidak tahan untuk terus berdiam diri.

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang