#48 - Akhir Sebuah Khiar

7.5K 1.4K 791
                                    

Podcast-ku udah ada 2 episode apa tidak mau didengarkan? :( 

Link ada di bio.

Jadi, udah siap dadah-dadah?


























Doyoung buru-buru bangkit dan menuruni anak tangga.

Begitu keluar dari pintu kosan, langkahnya melambat.

Di sana, tepat di depan gerbang kosan, Adis berbalik. Mata cokelat gadis itu intens menatap manik obsidian milik Doyoung. Terpaku, entah berarti memanggil atau sebuah intimidasi agar Doyoung menjauh.

Tapi apa pun arti sorot itu, Doyoung tetap maju hingga berdiri tepat di depan gadis itu.

Tangan itu terangkat, menuju ikat rambut Adis yang tampak asal-asalan. Dengan telaten, cowok itu lepaskan ikatannya perlahan, menyisir rambut bergelombang Adis yang begitu lembut dan menguarkan wangi sampo buah-buahan yang manis.

"Cantik."

Lirihan serak itu membuat Adis mendongak. Pandangannya langsung bertubrukan dengan Doyoung yang kini menunduk dengan mata yang berbinar terkena pantulan cahaya lampu di sekitar mereka.

"Maaf kalo selama ini gue kurang dewasa," ucapnya pelan. "Maaf karena perlu banyak drama sampe akhirnya gue peka terhadap apa yang gue rasa. Maaf ... karena harusnya elo nggak perlu ngalamin semua ini."

Ia mendongak sejenak seraya mengembuskan napasnya pelan, sekadar menenangkan dirinya yang kelewat emosional. Setelahnya, Doyoung menarik ritsleting jaket Adis hingga ke leher gadis itu.

Ia memasang senyum terbaiknya, menepuk-nepuk bahu Adis lembut dengan wajah bersahabat yang tampak hampa.

"Sekarang," lanjutnya, dengan senyum yang kontras dengan suara seraknya, "jangan ada beban lagi, jangan ada ragu lagi. Apa pun pilihan lo, gue nggak akan ke mana-mana. Gue bakal terus di sini sama lo, sama kayak yang selalu lo lakuin ke gue terlepas dari apa pun yang udah gue lakuin ke elo."

Sebagai penutup, Doyoung melangkah sekali lagi, memastikan ia dan Adis tak berjarak, lalu menunduk demi mengecup kening gadis itu lembut.

Bersamaan dengan satu langkah mundur Doyoung, terdengar suara gerung mobil dari arah depan gang. Tanpa perlu memastikan siapa, Doyoung sudah tahu mobil apa yang tengah memasuki gang depan kosannya.

Maka dari itu, Doyoung memasang senyumnya. Tangannya terangkat hendak melambai, namun seketika ia memilih mengusap tengkuknya. "Bye, Kudis."

Merasa tak ada jawaban dari Adis, Doyoung hanya bisa tersenyum maklum sebelum berbalik untuk masuk ke dalam kosannya.

"Bye, Duyung."

Lirihan itu ... panggilan itu ....

Doyoung sekonyong-konyong berbalik, kembali menatap gadis yang sedari tadi tidak beranjak dari tempatnya dan masih berdiri menghadap Doyoung.

Kali ini, Doyoung bisa melihat sudut bibir gadis itu tertarik ke atas, menampakkan senyum manis yang selalu Doyoung nanti.

"Bye," ulang gadis itu sebelum berbalik dan berjalan menjauhi pagar kosan.

Meninggalkan Doyoung yang terpaku bahkan setelah telinganya menangkap suara mobil yang melaju menjauhi gang.

Cowok itu mendengus kencang sebelum akhirnya memilih meninggalkan teras kosan yang begitu senyap dan kembali masuk ke dalam kosan yang juga sama senyapnya.

Ia baru saja menaiki undakan terakhir lantai dua sebelum mendapati para penghuni kosan duduk di atas karpet, memandangi Kyuhyun sebagai satu-satunya manusia yang duduk di atas sofa sambil memegang ponselnya.

PEKA SENITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang