Penggalan XII.

3.9K 313 3
                                    

          Aroma espresso yang begitu kuat selalu mengingatkanku padanya, aku menyukai aromanya sama seperti aku menyukai pria itu.

House of Sydney adalah saksi bisu akan pertemuan kami. Hatiku menghangat setiap mengingatnya, sehangat espresso yang aku buat setiap hari karena pelanggan tetapku itu.

"Apa yang membuatmu tersenyum sejak tadi?" Pertanyaan itu membuat Sydney berhenti menulis suratnya, ia lebih tertarik untuk menatap pria yang melontarkan pertanyaan itu.

"Kau," jawab Sydney seraya bangkit menghampiri Luigene yang sedang menyantap sarapan di meja pantry. "Habiskan sarapanmu Lujin."

"Aneh."

"Apa rasanya aneh?"

Tidak, bukan makanannya.

"Sejak pagi kau bertingkah tidak biasa," akunya mengangkat secangkir kopi yang Sydney buat untuknya, "Membuatkan secangkir espresso untukku, kau tidak menaruh racun di dalamnya bukan?"

Bahkan ketika mengunjungi House of Sydney sebagai pelanggan, perempuan itu akan memarahinya karena terlalu sering meminum kopi bahkan tak jarang menolak pesanannya. Tapi hari ini, dengan sukarela ia menyajikan secangkir kopi untuk Luigene.

"Hanya untuk hari ini karena suasana hatiku sedang baik."

"Kalau begitu aku harus terus membuat suasana hatimu baik agar kau terus membuatkan espresso untukku."

"Jangan berharap." Matanya menyipit menatap Luigene, tak setuju dengan pernyataan pria itu.

"Sydney," panggil Luigene tak memberikan jeda kepada keheningan dalam percakapan mereka. "Kemari," menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya sebagai pertanda agar perempuan itu berpindah.

"Ada apa? Apa jarak kita kurang dekat sampai kau memintaku untuk duduk di sebelahmu?"

"Ceritakan aku tentang dirimu lebih banyak."

"Diriku?" menunjuk dirinya sendiri, "Bukankah kamu sudah mengetahui banyak hal tentangku, selama ini kamu mendapatkan informasi itu."

Setelah mengetahui tentang latar belakang dan siapa Luigene, ia rasa pria itu sudah mengetahui cukup banyak informasi tentangnya.

"Aku mengetahui banyak hal tentang Putri Sydney, bukan tentang Sydney yang ada di hadapanku saat ini. Aku sudah mengatakan segalanya tentangku kemarin dan sekarang aku ingin mendengar sesuatu darimu."

"Tak banyak hal menarik tentangku."

"Bagiku menarik."

Menopang dagunya sembari berpikir, Sydney tampak sangat cantik dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

"Ayahku memberiku nama Sydney hanya karena aku lahir di Sydney, konyol bukan?"

Sydney tidak sedang mengarang cerita, itu adalah fakta. Ayahnya yang kurang kreatif itu tidak mempersiapkan nama untuknya dan hanya kata Sydney yang terlintas pada benaknya saat itu.

"Elshava memberikan wewenang kepadaku untuk mengclaim tahtanya namun aku tidak menginginkannya."

Ini adalah kenyataan yang tak banyak diketahui oleh orang di mana Sydney seharusnya menjadi kandidat pertama pewaris tahta karena ditunjuk langsung oleh raja yang berkuasa yaitu sepupunya, Elshava.

Pangeran Edward yang tak lain ayah kandung Sydney adalah pewaris tahta resmi Inggris, ia yang menyerahkan tahtanya kepada sang adik yaitu Raja Arthur yang merupakan ayah dari Raja Elshava, sepupunya Sydney.

"Wewenang itu yang membuat orang terus mengenalku dengan gelar mantan putri mahkota, mungkin mereka pikir itu menyedihkan namun sebaliknya hidup di luar istana adalah hal yang aku impikan selama ini."

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang