Larut dalam pikirannya membuat Romeo tidak sadar jika Damien telah melepas kaki palsunya. "Yang Mulia, saya sangat menyarankan Anda untuk tidak membawa beban yang bisa membebani kaki Anda." Entah sudah keberapa kalinya Damien memperingati Romeo, pria itu tetap tak mendengarkan membuat pemulihan kakinya lebih lama dari yang seharusnya.
"Kaki palsu yang kau buat terlihat begitu sempurna sampai aku lupa jika kau telah mengamputasi kakiku."
Jelas Romeo berbohong tentang itu, meski tidak sepenuhnya mengingat kaki palsu yang Damien pasang memang terlihat nyaris sempurna dengan kaki asli. Namun, siapa yang berkuda tepat dua minggu pasca pemasangan kaki palsu?
Dan hari ini, Romeo kembali berlari sembari menggendong tubuh Sydney, membuat kakinya menopang beban berkali lipat dan itu sangat membahayakan Romeo juga Sydney.
"Proses pemulihan Anda memakan waktu yang cukup lama hingga membuat Anda sekarang masih merasakan sakit pada beberapa bagian luka."
"Naikan saja dosis obat suntiknya." Tampak tak peduli dengan kondisi kakinya, Romeo justru sibuk menatap Sydney yang terbaring tak sadarkan diri.
"Saya akan memasangkan kembali kaki palsu Anda."
"Biar aku yang melakukannya," tolak Romeo, "Kau boleh keluar, Damien."
Selepas kepergian Damien, Romeo tak langsung memasang kaki palsunya. Lagi pula tidak ada siapa pun di dalam kamar itu selain dirinya dan Sydney.
Entah kapan perempuan itu akan bangun, akan tetapi Damien sudah memastikan jika kondisinya baik-baik saja dan bahkan memasang infus untuk membantunya.
Di satu sisi Romeo mengkhawatirkan Sydney, dan di sisi lain, tak dipungkiri Romeo bingung dengan keadaan saat ini.
Sydney tengah mengandung.
Romeo tidak tau bagaimana ia harus berekspresi, ia tidak tau bagaimana harus menyampaikannya kepada Sydney, dan bagaimana reaksi perempuan itu? Yang lebih membuatnya bingung dan takut adalah, bagaimana jika Sydney sampai berkata bahwa bayi itu bukan milik Romeo?
Tanpa Romeo sadari, dua jam telah berlalu dan selama itu ia hanya duduk menyesap wine pernikahan, yang seharusnya ia minum bersama Sydney.
"Kau minum?" Tanpa Romeo sadari, perempuan yang sejak tadi ia tunggu telah bangun dan sedang memperhatikannya.
"Ini anggur pernikahan," menaruh gelasnya, Romeo segera memasang kaki palsunya kembali. "Masih pusing?" tanyanya kini menghampiri Sydney.
"Jam berapa ini?" tanya Sydney dengan wajah yang tak sepucat sebelumnya, "Bagaimana dengan prosesinya?"
"Aku sudah mengurus semuanya, kembalilah berbaring." Menahan tubuh perempuan itu untuk kembali bersandar pada kepala ranjang. Sydney bahkan tidak menyadari jika pakaiannya telah berganti.
"Setidaknya kita masih memiliki waktu untuk mengikuti makan malam."
"Tidak perlu, pelayan akan mengantarkan makan malammu ke kamar."
"Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang?"
"Lihatlah keadaanmu saat ini, mereka akan lebih tertarik membicarakanmu jika hadir dalam keadaan seperti ini ketimbang tidak hadir sama sekali."
Romeo benar. Lagi pula kepala Sydney masih sedikit pusing, sebaiknya ia beristirahat ketimbang jatuh tak sadarkan diri dua kali, itu akan mempermalukan dirinya sendiri.
"Ini pasti karena gaun dan aksesorisnya."
Jawaban perempuan itu membuat Romeo yakin jika Sydney sendiri belum mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...