Penggalan XLIV.

2.5K 260 5
                                    

Sejak kemarin Sydney tidak bisa menahan ekspresi wajahnya sendiri yang sudah menekuk kesal, bagaimana tidak? Lagi dan lagi Romeo mengingkari janjinya sendiri untuk pulang dalam waktu satu minggu.

Tiga hari berlalu sejak hari yang dijanjikan Romeo tetapi pria itu tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Kali ini harus berapa lama Sydney menunggu kepulangan pria itu? Ia benci menunggu.

"Lagi-lagi dia mengingkari janjinya untuk pulang. Pasti dia tengah bersenang-senang di luar sana dan melupakan istri serta putrinya," gumam Sydney sembari bermain dengan Kaysca yang ia baringkan di atas pahanya.

"Kau butuh bantuan?" tawar Luigene menghampiri, menyodorkan jus yang telah dibuat oleh pelayan sebelumnya kepada Sydney.

"Minumlah, ini jus alpukat," tambah Luigene tatkala Sydney terus menatap jus yang ada di tangannya seolah mempertanyakan, "Berikan Kaysca kepadaku, biar aku yang menggendongnya."

Sejak beberapa hari yang lalu Luigene memang membantunya menjaga Kaysca karena pengasuhnya tiba-tiba saja sakit dan Luigene menawarkan diri untuk membantu.

Karena sudah mempercayai Luigene maka Sydney menyerahkan Kaysca begitu saja.

"Romeo pasti memiliki pekerjaan penting yang tidak bisa dia tinggalkan begitu saja," celutuk Luigene melihat Sydney yang diam tampak merenung dengan segelas jus di tangannya.

"Lalu apa aku dan Khaby tidak penting?"

"Bukan begitu, dia pasti memiliki alasan."

"Banyak alasan," Sydney berdecih, menenggak habis jus yang ada di dalam gelas, "Apa kau juga sering meninggalkan istrimu seperti ini?"

"Aku belum menikah," aku Luigene membuat Sydney menoleh cepat, tak menyembunyikan keterkejutannya.

Pria matang seperti Luigene belum menikah? Sydney pikir setidaknya pria itu sudah memiliki dua anak.

"Bagaimana dengan kekasih?"

"Aku terlalu sibuk untuk berkencan."

"Jangan menghabiskan masa mudamu hanya untuk bekerja. Sebelum terlambat dan menyesal carilah seseorang yang tepat untuk membangun rumah tangga, di luar sana pasti ada seseorang yang kau sukai."

Luigene tertawa kecil menanggapi nasehat panjang Sydney. "Kau seperti ibuku saja," tambahnya.

"Jadi, apa ada seseorang yang kau sukai?"

"Hm," gumam Luigene, mengangguk singkat membuat Sydney tampak antusias dan penasaran.

"Lalu? Tunggu apa lagi?"

"Tidak semudah itu."

"Tidak mudah apanya, ungkapkan perasaanmu dan ajak dia menikah, easy bukan?"

"Bagaimana jika dia menolakku?"

"Hm," kali ini Sydney bergumam berusaha mengingat sesuatu, "Aku langsung menerima Romeo saat dia melamarku, jika dia memang menyukaimu maka dia tidak akan menolak."

"Seseorang yang aku sukai, dia sudah menikah." Pengakuan Luigene sontak membuat mata Sydney membulat.

"Kau menyukai wanita bersuami?"

"Aku sudah menyukainya sebelum dia menikah." Meski begitu, sejak awal wanita yang ia sukai itu bukan milik Luigene.

"Kalau begitu kau kalah start."

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang