Penggalan XXV.

2.7K 271 3
                                    

          Bunyi stiletto mencium lantai, setiap ketukannya terdengar begitu familiar untuk Romeo, ia mengenali pemilik stiletto ini–perempuan itu selalu mengenakannya. Siapa lagi yang bisa masuk ke tempat pribadi Romeo sesuka hatinya dan mengenakan stiletto setiap saat jika bukan Eleanore, mantan kekasihnya.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Romeo mendongakkan kepalanya, sudah mendapati sosok Eleanore di hadapannya.

Dengan begitu santai Eleanore duduk di atas meja kerja Romeo, menyilang kakinya memperlihatkan stiletto merah kesayangannya, "Kode pintunya masih sama."

"Pergilah," usir Romeo terlihat lesu, tidak ingin meladeni Eleanore sekarang.

"Sejak kapan aku pernah mendengarkanmu?"

Sejak kapan? Tidak pernah, jika ada yang lebih keras kepala dari Sydney maka itu Eleanore.

Eleanore memiliki kepribadian yang tegas dan keras, jika dia sudah memilih sesuatu maka ia akan memegang pendiriannya sampai akhir, hal ini lah yang membuat hubungan Eleanore dan ayahnya retak, mereka saling bertentangan.

"Eleanore, pergilah," usir Romeo untuk yang kesekian kalinya, "Tidak baik bagi seorang laki-laki yang telah menikah bersama dengan perempuan yang bukan pasangannya, berada di tempat yang sama seperti ini."

"Istrimu tidak akan peduli," balas Eleanore membuat Romeo tersenyum getir akan fakta itu. "Lagi pula kita tidak sedang berselingkuh, kau takut istrimu melihat kita? Apa dia akan menjadikan ini sebagai alasan untuk menceraikanmu?"

Tidak, Romeo tidak takut. Hanya saja ia sedang malas menghadapi Eleanore dan ingin sendiri.

Setelah perdebatan kecilnya dengan Sydney tadi seharusnya perempuan yang datang menemuinya adalah Sydney bukan Eleanore. Nyatanya Sydney tidak peduli, perempuan itu mungkin sekarang sedang memikirkan Luigene.

"Aku benci melihatmu seperti ini," membuyarkan lamunan Romeo yang tampak murung. Sejak menikah dengan Sydney, Romeo tidak terlihat bahagia, pria itu seperti menjalani perjodohan paksa, entah apa yang sudah dilakukan Sydney.

"Kalau begitu jangan dilihat."

Eleanore memutar bola matanya, turun dari meja Romeo. Kini ia membungkukan badannya berhadapan dengan Romeo.

"Kau tau mengapa aku setuju untuk mengakhiri hubungan kita begitu saja?" menatap dalam mantan kekasihnya itu.

Karena aku mencintaimu, Romeo.

Aku tau hubungan kita hanya akan merusak masa depanmu dan aku tidak ingin itu terjadi.

Nikolai, pria bajingan itu bisa membunuhmu kapan saja jika kita masih bersama.

Ia selalu menggunakanmu untuk mengancamku.

Aku pikir menitipkanmu pada Sydney adalah yang terbaik.

Nyatanya aku salah. Lihatlah dirimu sekarang? Bagaimana Sydney dengan tega menyakiti pria yang begitu mencintainya dengan tulus.

Sejak lama Eleanore sangat ingin mengatakan itu semua, hanya saja Eleanore tau dengan mengatakannya tidak akan mengubah keadaan.

"Tidak," jawab Romeo. Sebenarnya ia juga ingin tau mengapa Eleanore mau mengakhiri hubungan mereka dengan mudah. Jauh sebelum mereka berpisah, Romeo sudah ingin mengakhiri hubungan mereka namun Eleanore selalu bersikeras menolak.

Awalnya ia berpikir bahwa ini karena fisiknya yang tidak sempurna lagi. Namun jika itu memang alasannya, seharusnya sejak saat Romeo mengalami kecelakaan, Eleanore langsung meninggalkannya.

Dering ponsel Romeo membuat keduanya bersamaan melihat ke arah layar ponsel, di mana nama Anaraya tertera di sana.

"Kau tidak akan mengangkatnya? Bukankah itu yang kau tunggu? Istrimu," celutuk Eleanore mendapati Romeo yang hanya diam menatap ke arah ponsel, tampak enggan menyambut panggilan masuk itu.

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang