Penggalan II.

11.3K 597 5
                                    

          Dua minggu berlalu sejak Luigene menciumnya, setelahnya pria itu hanya pergi dan tak pernah menampakkan dirinya lagi hingga saat ini. Luigene, si pria misterius yang menjadi pelanggan tetapnya pun tak pernah datang lagi ke cafe nya.

Keramaian cafe miliknya masih terasa kosong karena satu sosok yang tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya Luigene akan duduk di bagian sudut, tempat favoritenya tapi kali ini tempat itu kosong.

Tak ada tumpukan kertas di atas mejanya atau sosok pria tampan yang menyeruput espresso sembari memperhatikannya.

Luigene pergi begitu saja tanpa jejak meninggalkan berbagai pertanyaan dan rasa penasaran yang belum terjawab.

Siapa pria itu?

Mengapa ia mengetahui banyak hal tentang Sydney?

Dan yang terpenting...

Mengapa ia mencium Sydney?

"Sydney!" panggil Maeve, salah satu teman yang membantunya di cafe, perempuan itu menarik tangan Sydney yang hampir melepuh akibat air panas, "Tanganmu!"

Tanpa sadar lamunan Sydney membuatnya sejak pagi atau tepatnya sejak dua minggu menjadi sulit berkonsentrasi, perempuan itu bahkan sampai tak sengaja melukai tangannya sendiri, beruntung Maeve segera menyadarkannya.

"Tanganmu akan habis jika kubiarkan lebih lama." Maeve tampak mengoleskan cream luka bakar tangan Sydney. "Sejak pagi kau melamun seperti orang yang kebingungan. Apa ada masalah atau sesuatu terjadi?"

"Tidak," gelengnya pelan tak mungkin ia menceritakan tentang apa yang terjadi kepada Maeve.

"Ah, pria yang selalu duduk di pojokan–"

"Di mana?" potong Sydney cepat, ia segera bangkit dari duduknya membuat Maeve sedikit heran dengan gelagatnya yang sedikit mencurigakan.

Maeve mengeluarkan sebuah surat yang terlihat lusuh dari dalam saku celananya kemudian memberikan surat itu kepada Sydney, "Dia sempat kemari dan menitipkan ini untukmu kemarin saat aku menutup cafe, aku lupa memberitahumu."

Dengan sekali hentak, tak bisa menutup keterkejutannya ia membuka surat tersebut.

Maafkan aku sudah lancang dan maaf aku tidak bisa meminta maaf secara langsung karena ada sedikit urusan yang mendesak.

Selanjutnya jika aku masih diterima sebagai pelanggan House of Sydney, pastikan kau menyediakan espresso untukku. Aku harap kau tak marah karena aku sangat menyukai espresso buatanmu.

Entah mengapa walau isi suratnya menyebalkan, ada sedikit rasa lega pada hati Sydney.

Setidaknya ia mengetahui kabar Luigene, itu yang ia pikirkan.

"Apa isi suratnya?"

"Bukan apa-apa," ujar Sydney menghindari Maeve, memberikan senyum kecil sebelum menjauhi perempuan itu, "Aku akan membuang sampah."

Kedua ujung bibir Sydney terangkat sempurna bahkan ketika ia harus menyeret karung sampah yang cukup berat melalui pintu belakang cafe.

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang