Setelah mempersiapkan beberapa hal, tibalah hari yang ditunggu oleh Romeo. Perjamuan makan yang menghadirkan keluarganya dan keluarga Sydney dalam satu ruangan. Keakraban terpampang jelas dari tawa canda mereka membuat Romeo mengulas senyum lega, ia berhasil mempertemukan dan menyatukan kedua keluarga ini.
Hingga tiba saat makanan mulai dihidangkan, Darnley yang sedari tadi terus mengedarkan pandang ke arah pintu masuk pun bangkit dari duduknya, sukses menarik perhatian seluruh mata yang ada di meja itu.
"Aku pikir ini momen yang tepat mengingat kita semua berkumpul di sini, sangat sulit untuk membuat putra dan putriku berkumpul di satu tempat. Terima kasih Romeo," tuturnya membuat semua orang yang ada di sana menunggu kelanjutan kata Darnley, "Ada seseorang yang ingin kuperkenalkan pada kalian."
Menunjuk ke arah pintu masuk tepat di mana seorang pria dewasa berdiri, "Lui, putra bungsuku."
Sontak semua mata mengarah pada pria berbadan besar yang dimaksud oleh Darnley. Penampilannya yang terlihat sangat rapi dalam balutan jas formal, membuatnya tampak lebih dewasa dari biasanya.
Kehadiran Luigene kala itu mengundang berbagai jenis tatap, terutama Romeo yang tidak mengetahui akan kehadiran pria itu pada perjamuan malam ini.
Beberapa menyambutnya hangat seperti anggota Keluarga Romeo yang tidak mengetahui tentang apa yang terjadi, beberapa lagi menyambutnya tidak ramah seperti Edward, Shaleeya, dan Romeo sendiri.
Namun ada satu orang terus menatapnya dengan terkejut, tak percaya dengan kehadirannya. Entah apakah itu artinya perempuan itu menyambutnya atau tidak.
Bagaimana perasaan perempuan itu melihatnya? Tidak, Luigene tidak ingin dan tidak perlu mengetahuinya.
Berbanding terbalik dengan Sydney yang diam mematung–tampak berlarut dengan keterkejutannya. Romeo menanganinya dengan sangat baik, dengan cepat ia memalsukan senyumnya.
"Romeo Romanoff, suami Anaraya," sambut Romeo mengulurkan tangannya memperkenalkan diri seakan itu pertemuan pertama mereka, "Senang bertemu denganmu."
"Luigene," dengan enteng ia menyambut tangan Romeo, memperkenalkan diri dengan singkat.
"Kalian tidak pernah bertemu bukan?" tanya Darnley kepada Romeo dan Sydney.
Romeo tentu tidak ingin mengecewakan kejutan yang telah dipersiapkan Darnley dan mengacaukan makan malam yang telah ia persiapkan dengan susah payah. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk berpura-pura bodoh, seperti yang Luigene lakukan saat ini.
"Sydney, ini pamanmu, putra ketiga Jipa yang selalu kau tanyakan dulu."
Sydney tidak memberikan respon, ia hanya diam menatap Luigene dalam dan Romeo menyadarinya.
Setelah dua bulan ia berusaha untuk menghapus Luigene dari kehidupan mereka. Hanya dengan sekejap, kehadirannya sukses mengacaukan segalanya.
Lihatlah Sydney yang tidak bergeming.
"Ke mana saja kau menyembunyikan putramu Tuan Darnley, dia bisa berpotensi menjadi model dengan paras tampannya," celutuk Egor menyambut kehadiran Luigene.
Jika pria itu tau apa yang pernah terjadi di antara Luigene dan menantunya, mungkin respon Egor akan berbeda.
"Mulai sekarang dia akan belajar meneruskan beberapa perusahaanku. Dia juga akan menemaniku ke berbagai acara bisnis, agar publik lebih cepat mengenalnya."
Romeo tidak tau siapa yang membuat keputusan itu, apakah Darnley atau Luigene sendiri? Romeo terlalu meremehkan Luigene, ia pikir menyingkirkannya akan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...