Moscow, Rusia
Ini pertama kalinya Sydney berada di Rusia, setelah mengumumkan pernikahannya. Setelah melewati berbagai permasalahan dan penolakan, pada akhirnya Sydney dengan sukarela pergi ke Rusia untuk mengikuti beberapa prosedur dan menyelesaikan persiapan pernikahan.
Kehidupan pribadi Romeo dan Sydney telah menjadi sorotan publik bahkan sebelum keduanya resmi mengikat janji.
Sydney menyadari jika kehidupannya sejak kecil tak luput dari perhatian publik. Akan tetapi, saat tiba di Rusia, Sydney baru menyadari jika antusias publik terhadap dirinya lebih tinggi dari ekspetasinya selama ini.
Segala pergerakan, apa yang ia kenakan, bahkan hingga cara Sydney tersenyum bisa menjadi judul berita yang hangat keesokan harinya. Hal ini membuat Sydney menyadari bahwa menikah dengan Romeo sama saja dengan mendapatkan perhatian sebanyak ini sepanjang hidupnya.
"Publik masih menebak seperti apa gaun pengantin dan tiara apa yang Anda kenakan nanti," ucap seorang kepala pelayan wanita yang membantu Sydney mengepas gaun pengantinnya.
Menanggapi itu, Sydney hanya mengulas senyum tipis sembari memperhatikan gaun pengantin yang terlihat sempurna pada tubuhnya. Gaun ini adalah impian Sydney sejak kecil, namun anehnya hanya ada perasaan sedih yang memenuhi hatinya saat mengenakan gaun tersebut.
"Apa Anda tidak menyukai gaunnya? Kami masih memiliki waktu untuk mengubahnya."
"Gaunnya sempurna," jawab Sydney tanpa berpikir dua kali. Ia memang sangat menyukai gaunnya. Hanya saja, ia tidak menyukai fakta bahwa ia akan mengenakan gaun ini untuk menikah dengan pria yang tidak ia cintai.
Kepala pelayan yang sejak tadi membantu Sydney pun sedikit membungkuk pamit ketika mendapati sosok Romeo yang baru saja memasuki ruang fitting. Pria itu datang dengan sangat hening sampai Sydney sendiri tak menyadarinya.
Melalui pantulan cermin, Sydney bisa melihat sosok pria jangkung yang sedang menatapnya. Sejak kedatangannya di Rusia, ini pertama kalinya Sydney bertemu dengan Romeo.
Keduanya hanya terdiam canggung memandangi satu sama lain. Hingga akhirnya Romeo berbalik sembari memperingati Sydney, "Jangan berpikir untuk melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu." Seolah kehadirannya saat itu hanya bermaksud untuk memeriksa Sydney.
"Mengapa kau berpikir aku akan melakukan sesuatu yang akan membahayakan diriku? Apa karena aku gila?" sarkasnya membuat Romeo mengurungkan langkahnya lebih jauh.
"Tutup mulutmu."
Mendengar itu membuat Sydney tertawa sumbang. Dengan sengaja ia berjalan mendekati Romeo untuk berbisik, "Bukankah hanya kau yang bisa mengurus perempuan gila ini? Sekarang kau harus mengurusnya selama sisa hidupmu, meski perempuan ini akan menjadi sangat gila."
"Apa kau tidak mengerti bahwa aku sedang mengkhawatirkanmu?" Berbalik menatap Sydney dalam, ia mengatakan itu dengan sungguh-sungguh.
"Urus saja dirimu sendiri." Membuang wajahnya sengaja menghindari kontak mata dengan pria itu. "Bukankah ini yang kau mau? Aku sudah menjadi tunangan baik dan penurut, aku sudah berada di Rusia."
Entah apa yang dikatakan oleh Edward kepada Sydney namun pria itu berhasil membujuk Sydney dan segera mengirimnya ke Rusia untuk mempersiapkan pernikahan mereka.
Sejak kedatangannya, Romeo memang sengaja menghindari Sydney. Ia hanya ingin memberikan Sydney waktu untuk menerima semua ini.
Anehnya, sejak awal perempuan itu menjadi sangat pendiam dan menuruti segala hal yang diperintahkan. Tak dipungkiri, hal ini tentu membuat Romeo semakin khawatir.
"Aku sudah bilang bahwa kau bisa meminta ayahmu untuk membatalkan pernikahan ini, jika kau memang tidak menginginkannya."
"Jika aku mengatakannya, apa kau akan setuju untuk membatalkan pernikahan ini?"
Dalam hitungan detik, Romeo langsung mengangguk mantap sebagai jawaban atas pertanyaan tunangannya itu.
"I will."
Sontak Sydney menatap Romeo tak percaya. Tak menduga jawaban pria itu begitu yang begitu yakin. Sydney pikir, pria itu akan diam dan pergi meninggalkannya.
Sydney hanya ingin membuat Romeo bungkam dan pergi. Namun nyatanya, dirinya yang dibuat bungkam oleh Romeo.
Apakah benar jika Romeo akan menyetujui keinginannya semudah itu untuk membatalkan pernikahan mereka?
Meski benar, sejujurnya semua sudah terlambat.
Hanya dalam hitungan hari, mereka akan menikah dan pria itu secara sah akan menjadi suaminya.
Sebut saja Sydney gila, akan tetapi jika Luigene datang menemuinya bahkan tepat di hari pernikahan mereka, mungkin saat itu juga Sydney akan meninggalkan semuanya.
"Kau masih mengharapkannya bukan?" tanya Romeo membuyarkan lamunan Sydney.
"Itu bukan urusanmu."
"Aku mengorbankan banyak hal untukmu termasuk nyawaku, namun itu semua tidak berarti, kau tetap mengkhianatiku." Terkekeh menertawakan dirinya sendiri. "Aku membuang harga diriku untuk menerimamu kembali namun yang ada di kepala dan hatinu tetap hanya pria itu."
"Apa aku pernah memintamu untuk melakukan itu, Romeo? Kau yang menerimaku kembali, bukan aku yang mengemis untuk kembali."
"Jika sejak awal aku tau akan begini, aku tidak akan pernah memilih untuk mencintaimu. Kau sudah melukaiku lebih dalam dari yang kau pikirkan."
Mencintaimu?
Apa baru saja Sydney tidak salah dengar? Seorang Romeo mencintainya?
Sejak kapan? Tidak. Pria itu pasti berbohong untuk menipunya lagi. Sejak awal, Romeo memilihnya karena kepentingan pribadi pria itu.
"Jika dia memang berani mempertaruhkan segalanya dan menjemputmu di Rusia, tepat sebelum pernikahan kita maka aku akan membiarkanmu pergi bersamanya."
"Jebakan apa lagi yang kau mainkan? Apa sekarang kau akan berusaha untuk membunuhnya?"
"Aku tidak akan mengotori tanganku lagi, untuk seorang perempuan yang bahkan tidak pernah memikirkanku." Romeo rasa sudah cukup, dia juga memiliki batas.
Dan ini akan menjadi kesempatan terakhir yang ia berikan kepada Sydney sebelum mereka menikah, jika perempuan itu memang ingin pergi maka Romeo tidak akan menghalanginya.
"Hanya jika dia berani melakukannya." Dengan penuh kekecewaan, Romeo melepas cincin pertunangan mereka dan memberikannya kepada Sydney. "Maka kau bisa pergi, dan seperti biasa yang selalu kau lakukan, leave the rest to me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...