Penggalan LI.

3.2K 267 18
                                    

Satu tahun berlalu setelah Romeo berhasil mengurus perceraiannya, dan di sinilah Romeo sekarang–pemberkatan pernikahan mantan istrinya. Sembari memangku putri kecilnya yang sudah berusia satu tahun, Romeo menyaksikan bagaimana mantan istrinya berjalan di atas altar dengan gaun yang sangat indah, mengingatkannya kembali pada pernikahan mereka.

Senyum hangat Sydney terpancar, menandakan bahwa ia bahagia dengan pernikahannya. Berbeda dengan pernikahan mereka saat itu, di mana mata Sydney dipenuhi dengan air mata kesedihan seolah tengah menghadiri pemakaman.

Sama seperti Sydney, terpancar juga senyum kebahagiaan pada wajah mempelai pria yang tak lain Luigene. Pria itu tampak sangat tampan dan gagah dalam setelan jas nya, menyambut kedatangan mempelai wanitanya.

Meski terlihat tenang namun tak dipungkiri Luigene sangat gugup, mengingat ini adalah pernikahan pertama dan ia pastikan akan menjadi yang terakhir.

Hanya satu wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya dan ia hujani dengan cinta, yaitu Sydney, kekasihnya, teman hidupnya, istrinya, juga wanita yang sangat ia cintai.

Bersama dengan cincin yang ia sematkan pada jari manis Sydney, pria itu juga mengucapkan janjinya dengan suara yang bergetar gugup.

"As I take your hand in mine, I, Luigene Edsel Jo, take you to be my partner in life, I promise to love you unconditionally, to cherish every moment with you, to respect and honor you, to stand by your side through the good times and the tough times. I will be your strength when you need it and commit my heart to you."

Tepat setelah mengucapkan janji itu, air matanya tumpah–perasaannya campur aduk. Di satu sisi ia tidak menyangka bahwa pada akhirnya ia bisa mengucapkan janji bersama wanita yang ia cintai, di hadapan Tuhan dan para saksi.

Setelah itu, Sydney melakukan hal yang sama, menyematkan cincin pada jari Luigene dan mengucapkan janjinya.

"With this ring, I, Sydney Anaraya, vow to be your faithful wife, to be your partner in all things through laughter and tears. I promise to stand by you in joy and sorrow. With all that I have, I pledge my love to you."

"With the exchange of vows and rings, Luigene and Sydney, I am delighted to pronounce you officially married. You may seal your commitment with a kiss."

Bersamaan dengan itu, Luigene membuka veil yang menutupi wajah cantik istrinya, menangkup wajah Sydney dan memberikan kecupan dalam sebagai segel dari janji yang telah mereka ucapkan tadi.

Pemberkatan hari itu berjalan dengan lancar, kini Luigene dan Sydney telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Beberapa tamu sudah bubar menyisahkan beberapa keluarga yang masih berada di sana, salah satunya Darnley. Pria tua itu berjalan dengan tongkatnya menghampiri Romeo yang masih duduk memangku putrinya.

Tepukan pelan pada pundak Romeo membuatnya menoleh menatap ke arah sosok Darnley yang tengah tersenyum di sebelahnya. "Pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu, Romeo. Selamanya kau tetap akan menjadi cucuku."

"Jipa," gumam Romeo bangkit dari duduknya, berhambur memeluk Darnley dengan sedikit kesulitan karena Kaysca masih berada di dalam gendongannya.

Tidak sedikitpun Romeo bermaksud untuk merusak suasana namun bagaimanapun Romeo tetaplah seorang manusia yang memiliki perasaan, ia bahagia juga terluka harus menyaksikan sendiri bagaimana ia melepas wanita yang ia cintai untuk pria lain, Romeo bahkan membawa buah hati mereka.

"Berhentilah menangis, putrimu jadi ikut menangis." Darnley menepuk-nepuk pundak Romeo, menyadari Kaysca yang juga ikut menangis seolah merasakan kesedihan ayahnya.

"Aku turut bahagia atas pernikahan Luigene dan Anaraya."

"Jangan terlalu memaksa dirimu Romeo, jika kelak kau membutuhkan teman untuk bercerita, datanglah kepadaku seperti dulu."

Tidak sedikitpun Romeo membenci atau menaruh rasa dendam kepada Darnley karena telah memintanya untuk menceraikan Sydney, sebaliknya ia merasa jika perceraiannya adalah pilihan yang terbaik untuk semua pihak.

Hubungan Romeo dan keluarganya juga membaik, meski keluarganya terutama Egor enggan untuk hadir pada pernikahan Sydney. Namun ayahnya kini sudah bisa menerima kehadiran Kaysca, putri mereka.

"Cicitku yang cantik," dengan gemas Darnley mengecup pipi Kaysca sebelum berpamitan pergi begitu melihat Sydney dan Luigene yang tengah berjalan menghampiri Romeo.

Luigene memeluk Romeo, sembari menepuk punggung pria itu. "Terima kasih sudah datang."

"Selamat untuk kalian berdua."

"Terima kasih sudah menjaga Khaby," tambah Sydney mencubit wajah putrinya yang menggemaskan.

"Selama kalian berbulan madu, biarkan aku menjaga Kaysva."

"Kau bisa menjaganya sendiri?"

"Ada ibuku."

"Jangan sampai–"

"Jangan sampai air susu mengenai wajahnya, bukan?" potong Romeo dengan cepat, "Jangan khawatirkan apa pun ketika pergi, percaya saja padaku."

"Aku permisi sebentar untuk menemui ayahku," ucap Luigene cepat, seakan mengerti untuk memberikan ruang pada keduanya berbicara.

Apakah Luigene cemburu? Tidak sama sekali, ia sangat mempercayai Sydney dan menghargai Romeo. Selama satu tahun ini, Romeo telah membantunya dalam banyak hal dan membuat Luigene seperti memiliki sosok adik.

"Aku berhutang banyak hal kepadamu."

"Jangan ungkit hal seperti itu di hari yang membahagiakan seperti ini. Aku dan Kaysca ikut bahagia untukmu."

"Terima kasih karena telah menerima dan menjagaku selama ini." Jika kehidupan selanjutnya memang ada, aku bisa membayar semua kebaikanmu.

"Terima kasih juga karena sudah menemaniku, terima kasih karena sudah memberikanku seorang putri yang cantik."

"Maaf karena kau bertemu denganku. Seharusnya kau bertemu dengan perempuan baik-baik yang bisa menemanimu, hingga akhir."

"Kau yang sudah menghadirkan perempuan itu ke dunia ini, dia yang akan menemaniku hingga akhir," dengan bangga Romeo memamerkan putri kecilnya.

Hal itu sontak membuat mata Sydney berair ketika menatap Romeo dan putri mereka.

"Jangan menangis, lihatlah riasanmu luntur, kau tidak takut Luigene lari melihat mempelai wanitanya seperti joker?"

Dengan cepat Sydney menghapus air matanya, "Tidak mungkin luntur, riasannya sangat mahal."

Romeo tertawa pelan sembari menggeleng.

"Ini kedua kalinya aku melihatmu memakai gaun pengantin, kali ini kau tampak lebih cantik dan bahagia. Luigene juga lebih cocok bersanding denganmu."

"Kaysca Romanoff, ayo peluk dan cium mama, "Romeo melepas baby wrap yang menahan tubuh Kaysca agar putrinya itu bisa berhambur ke pelukan ibunya. "Boleh kita berfoto? Luigene kemarilah, mari kita ambil foto bersama."

Secara tidak langsung Romeo menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan hubungan Sydney dan Luigene.

Keduanya dipertemukan berkat Romeo, dan kembali dipersatukan oleh Romeo. Pria yang dengan tulus melepas cintanya, mengorbankan ke kebahagiaan dan perasaannya demi kebahagiaan wanita yang ia cintai.

Dan Luigene, pria itu akhirnya menemukan cintanya. Setelah perjalanan panjang yang hampir membuatnya putus asa, pada akhirnya hatinya berlabuh pada wanita yang ia cintai.

Segala sepak terjang yang tidak ia sesali sedetik pun, bahkan jika harus mengulang semua kejadian yang sama maka ia tetap akan memilih untuk menempuh jalan yang sama, semua jalan yang membawanya ke Sydney Anaraya, cinta sejatinya.

The End

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang