Penggalan XXVIII.

2.8K 266 4
                                    

Untuk beberapa saat Luigene mematung terkejut dengan Sydney yang memeluknya secara tiba-tiba. "Lepaskan Sydney, aku sudah memiliki kekasih," suaranya terdengar penuh penekanan, meski begitu ia tidak memaksa Sydney untuk melepas pelukannya.

"Biarkan aku menghabiskan waktuku bersamamu, hanya untuk hari ini."

"Kalimat itu tidak pantas diucapkan oleh wanita yang telah bersuami dan tengah mengandung."

Ucapan Luigene barusan bagai sebuah tamparan keras untuk Sydney, bahwa dirinya sekarang tengah bertindak seperti wanita murahan.

Pada akhirnya Sydney melepas pelukannya, "Lalu kalimat apa yang harus aku katakan setelah bertemu lagi dengan pria yang aku cintai?" matanya berair menahan tangis.

"Kau bisa mencintai dua pria sekaligus?"

Sydney menggeleng cepat, "Aku tidak mencintai pria lain selain dirimu."

Jawaban Sydney secara tidak langsung menegaskan bahwa ia tidak pernah mencintai Romeo. Namun Luigene tidak bereaksi meski ia mengerti apa maksud ucapan Sydney.

"Apa kau benar-benar sudah melupakanku? Tanpa berpikir panjang kau membawaku pergi dengan panik dari pesta tadi, kau bahkan meninggalkan kekasihmu di sana, apa kau tidak sedang membohongi dirimu, Lujin?"

Lujin.

Sydney masih memanggilnya dengan sama.

"Aku khawatir karena kau sedang mengandung dan aku akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi kepada orang lain."

"Benarkah?"

Dengan berat hati Luigene mengangguk.

"Kalau begitu maaf karena aku sudah terlalu percaya diri." Air mata yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya terjatuh.

Melihat itu rasanya Luigene ingin segera menghapusnya, namun ketimbang melakukannya, ia lebih memilih untuk menahan dirinya sendiri.

"Kau tampak baik-baik saja, bahkan memulai hidupmu yang baru setelah meninggalkanku. Pasti ini bukan hal yang sulit untukmu bukan?"

Tidak, Luigene tidak baik-baik saja. Tidak ada yang pernah baik setelah terpaksa meninggalkan orang yang dicintai.

"Saat itu, mengapa kau meninggalkanku?"

Karena aku mencintaimu. Hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa melindungimu.

"Bukankah sudah jelas? Cintaku tidak sebesar itu untuk mengorbankan banyak hal. Lagi pula saat itu kau sudah bertunangan, apa yang pernah terjadi hanyalah sebuah kesalahan."

"Jika saat itu aku tidak bertunangan dengan Romeo, apa kau tidak akan meninggalkanku?"

Ya, aku akan membawamu pergi mengelilingi dunia, membawamu ke semua tempat yang kau inginkan dan membangun keluarga kecil yang bahagia.

"Nyatanya kau tunangan Romeo, dan bahkan sekarang kau adalah istrinya."

"Saat itu aku menunggumu sembari mengenakan gaun pengantin, aku pikir kau akan datang dan menjemputku."

Luigene hanya diam mendengarkan pengakuan Sydney, membiarkan perempuan itu mengakui segalanya.

"Bahkan ketika aku berjalan menyusuri altar dengan gaun pengantinku sambil berharap kau akan datang. Bodohnya lagi, setelah mengucapkan janji bersama Romeo dan bertukar cincin, aku tetap berpikir bahwa kau akan datang. Saat itu aku tau jika kau datang maka aku akan langsung meninggalkan segalanya dan pergi bersamamu."

Tidak ada ekspresi pada wajah Luigene, pria itu tidak terlihat senang atau pun sedih, ia juga tidak terlihat tersentuh.

Meski jauh di lubuk hatinya, ia ingin memeluk Sydney dan meminta maaf karena telah membuatnya menunggu. Luigene tidak tau jika Sydney akan menunggunya, sedangkan di tempat lain Luigene melarikan diri membiarkan perempuan yang ia cintai menikah dengan pria lain.

"Nyatanya meski aku menunggu sampai akhir, kau tidak pernah datang dan menjemputku. Setelah meninggalkanku, kau membiarkanku menikah dengan pria lain."

"Pria yang kau maksud adalah tunanganmu sendiri, sedangkan aku adalah pria lain dalam hidupmu."

Kasarnya Luigene hanya kekasih gelap Sydney, mereka menjalin hubungan di saat Sydney masih bersama Romeo. Nyatanya Romeo bukanlah antagonis, pria itu hanya memperjuangkan miliknya.

"Kau tau apa yang terjadi di hari pernikahanku, tepat setelah aku dan Romeo menikah?" Kepalanya tertunduk menatap perutnya yang sudah terlihat bulat sempurna, "Aku baru mengetahui bahwa aku tengah mengandung."

Kali ini Luigene tampak tertarik, pria itu mengarahkan pandangannya ke arah Sydney.

"Saat itu ada dua pertanyaan dalam benakku, bagaimana jika anak ini bukan darah daging Romeo?"

Dahi Luigene berkerut, kali ini tidak berniat untuk menyembunyikan rasa penasarannya, "Apa maksudmu?"

Seketika waktu terasa berjalan lebih lama, Luigene bahkan tanpa sadar menahan nafasnya sendiri menunggu kelanjutan penjelasan Sydney.

Mungkik saat ini Luigene terlihat seperti orang bodoh dengan ekspresinya ketika Sydney menarik tangannya untuk menyentuh perut wanita itu.

"Dan bagaimana jika ternyata anak ini milik pria yang telah meninggalkanku?"

Dear, Luigene: SECRET SENTINELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang