Sudah dua hari berlalu dan Luigene tidak pernah melihat Sydney, berkali-kali ia mengecek kamera keamanan yang terpasang pada sekitar apartemen perempuan itu tetapi hasilnya nihil...
Sydney pergi meninggalkan apartemennya dua hari yang lalu tanpa membawa apa pun. Kepergiannya tanpa kabar jelas membuat Luigene cemas bukan main.
Luigene sudah berusaha menghubungi pihak istana tetapi ia tidak bisa mengkonfirmasi keberadaan Sydney dan terakhir kali terlihat perempuan itu bersama Romeo, tunangannya. Romeo sudah kembali ke Rusia tetapi Luigene juga tak bisa mengkonfirmasi keberadaan Sydney di Rusia.
Pada akhirnya Luigene menggunakan segala koneksi dan cara yang bisa ia lakukan sampai akhirnya ia menemukan Sydney yang berada di sebuah club malam.
Bukannya legah, jantung Luigene justru berpacu sangat kencang melihat bagaimana Sydney yang terduduk lemas pada bar–jelas jika ia sudah mabuk. Di tambah beberapa pria yang berusaha untuk mendekati dan memanfaatkan keadaan itu semakin membuat darah Luigene mendidih.
Pria itu berlari menghampiri Sydney, dengan satu pukulan ia berhasil menjatuhkan tubuh pria yang berusaha untuk menyentuh Sydney.
"She's my wife," tegas Luigene menghindari perkelahian dengan beberapa pria lainnya meski pria yang jatuh tersungkur tersebut tampak marah dan tak terima tetapi pria yang juga tampak mabuk tersebut tak dapat melawan dan akhirnya pergi.
"Lujin! Kau menemukanku!" teriak Sydney histeris segera berhambur memeluk Luigene, ia bergelayut seperti tak bertulang pada tubuh pria itu.
"What's wrong with you!" kesal Luigene, perasaannya bercampur aduk melihat Sydney yang seperti ini, di satu sisi ia sangat marah tetapi ia juga harus menahan dirinya sendiri, "Kenapa kau tidak pulang dan malah berada di sini?"
"Kau mencemaskanku?" tanya Sydney, meski dalam keadaan cukup mabuk sepertinya ia masih bisa diajak berbicara.
"Ayo pulang."
"Tidak akan," tolak Sydney melepaskan Luigene dan kembali meneguk alkohol yang telah ia pesan.
"Kau akan terkena masalah jika berada di sini lebih lama, semua pria di sini menatapmu seperti mangsa mereka."
"Benarkah?" Sydney mengalihkan pandangannya menatap ke sekitar kemudian tersenyum lebar menatap Luigene, "Semua pria kecuali dirimu."
Luigene menghela nafas kasar, ia memejamkan matanya rapat sebelum menarik tubuh perempuan itu, "Sydney, ayo kita pulang sekarang."
"Tidak Lujin," tolaknya lagi kali ini ia tampak sedih, perlahan air matanya menetes. "Selamatkan aku," ujarnya ambigu, membuat ingatan Luigene kembali pada dua hari yang lalu di mana Sydney mengatakan hal yang sama ketika ia mabuk.
"Selamatkanmu dari apa dan siapa?" tanyanya melembut berharap kali ini Sydney bisa menjawabnya.
"Dia akan segera mencariku dan menemukanku."
"Siapa yang akan menemukanmu?"
"Dia tidak boleh menemukanku, tolong aku."
Luigene tau jika apa yang dikatakan Sydney bukanlah omong kosong semata karena mabuk, perempuan itu hanya tidak berani meminta pertolongan dan ia mengeluarkan segalanya ketika mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...