Skandal dan kecelakaan yang terjadi pada Sydney, Sang Permaisuri Agung Rusia, kini menjadi sebuah tragedi besar sekaligus berita yang menghebohkan Rusia setelah terakhir kali Rusia berhasil menggemparkan publik dengan berita pernikahan antara Romeo dan Sydney.
Tidak hanya mengubah pandangan serta suara rakyat, namun para dewan serta keluarga kekaisaran pun berbalik seperti sebuah tombak yang siap menyerang.
Belum genap satu tahun menjadi seorang permaisuri namun Sydney sudah membuat skandal besar yang menjadi aib bagi kekaisaran. Amarah publik akan foto-foto yang telah beredar luas pun tak lagi bisa diredam oleh Romeo.
Dengan api kemarahan dari rakyat, wanita itu kini tengah berjuang di ambang hidup dan matinya di dalam ruang operasi yang sangat dingin. Beberapa jam telah berlalu setelah kecelakaan itu terjadi, Sydney di bawa ke rumah sakit dengan keadaan terbujur kaku dan diselimuti amisnya darah. Para tenaga medis yang sejak tadi berjuang bersama Sydney belum juga keluar memberikan sebuah kabar baik maupun buruk, entah apakah Sang Pencipta akan berbaik hati memberikan kesempatan kepada Sydney untuk memperbaiki segalanya atau skandal ini harus berakhir dengan berita duka.
"Beginikah putri yang kalian didik selama ini? Hanya membawa aib untuk keluarga kekaisaran," suara Egor terdengar ketus, menggema pada koridor rumah sakit yang telah dijaga dengan ketat.
Kedatangan Egor saat itu langsung disambut Edward dengan tidak ramah. "Jaga ucapanmu," ucap Edward, tak segan menatap Egor dengan sinis.
"Alih-alih menyuruhku untuk menjaga ucapanku, seharusnya kau yang menjaga putrimu dengan lebih baik. Ketimbang menatapku seperti itu, seharusnya kau meminta maaf karena sudah mempermalukan dan melecehkan kekaisaran."
Edward hanya diam tak menanggapi ucapan Egor, tatapannya terlihat nyalang dan penuh amarah mendengar setiap kata yang Egor ucapkan. Namun memang itu tujuan Egor, menyulut kemarahan Edward.
"Sekarang aku tak heran mengapa dirimu menjadi Mantan Putra Mahkota, kau memang tidak pantas menjadi pemimpin, membimbing putrimu saja kau tidak becus."
"Putriku tidak ada kaitannya dengan semua itu dan atas dasar apa kau menyudutkan putriku? Semua berita itu belum tentu benar, kita belum mendengar penjelasan putriku."
"Tidak ada pezinah yang mengakui bahwa dirinya kotor, jika sejak awal mereka tau itu kotor maka mereka tidak akan berzinah."
"Egor Romanoff!!" kali ini teriakan Edward yang menggema tanpa rasa takut sengaja memotong ucapan pria itu dengan memanggil nama Egor dengan begitu lantang. "Berhenti bicara tentang putriku seperti itu sebelum aku menghabisimu!"
"Menghabisiku? Ayahnya seorang berandal dan putrinya seorang pezinah, aku tertipu dengan status dan latar belakang kalian," semakin menjadi, Egor justru sengaja memancing amarah Edward, jika pria itu sampai memukulnya maka selesai sudah semuanya–akan lebih mudah baginya membuat Romeo dan Sydney bercerai.
"Edward hentikan," suara Darnley menggema, menenangkan Edward yang sudah mengepalkan tangannya, "Tidak sepantasnya kita mempeributkan hal ini di saat Sydney sedang kritis. Pergilah bersama Shaleeya dan tenangkan dirimu."
"Egor," panggil Darnley selepas kepergian Edward, suara pria tua itu terdengar begitu tenang dan tegas.
"Tuan Darnley, aku sangat menghormatimu dan Keluarga Wang tetapi cucumu sudah sangat mengecewakanku," aku Egor kepada pria tua di hadapannya.
Sungguh Egor sangat menghormati Keluarga Wang, oleh sebab itu ia menyetujui perjanjian pernikahan antara Romeo dan Sydney, tak menyangka jika hal seperti ini akan terjadi dan memecah hubungan baik keduanya.
"Berita ini menjadi pukulan bagi banyak pihak termasuk keluargaku, tetapi mendengarnya dari satu pihak bukanlah sesuatu yang bijaksana. Jika berita itu memang benar maka aku akan memastikan bahwa cucuku meminta maaf pada kekaisaran setelah ia sadar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Любовные романы[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...