Aether tidak bercanda ketika ia bilang ingin menemani kekasihnya itu ke Rusia. Meski terkadang Luigene sangat sibuk, namun ia tidak pernah merengek dan justru berkeliling menikmati waktunya sendiri.
Terkadang Luigene meluangkan waktu untuk mengajaknya makan siang. Pria itu menggunakan segala kesempatan yang ada untuk menemui Aether, seperti sekarang ketika ia mendapatkan undangan private party dari Egor yang sekarang sudah menjadi rekan bisnisnya.
"Kau sudah siap?" tanya Aether mengintip dari balik pintu, mendapati Luigene yang sedang berganti pakaian, "Woah," gumam Aether sengaja menggoda pria itu.
"Apa kau perempuan mesum? Nona, kau tidak boleh mengintip seorang pria sembarangan."
"Aku tidak mengintip, aku hanya tidak sengaja melihatmu berganti pakaian," ralatnya berjalan mendekati Luigene, "Biar aku bantu," dengan cekatan membantu kekasihnya mengancingkan kemeja.
"Tanganku masih lengkap dan berfungsi dengan baik untuk sekedar mengancingkan pakaian."
"Diamlah, jangan merusak suasana." Ketimbang romantis, Luigene lebih sering merusak suasana seperti sekarang.
"Bagaimana dengan penampilanku? Kau menyukainya?" tanya Aether setelah selesai mengancingkan kemeja Luigene.
"You look gorgeous."
Rupa Aether yang menyerupai cinta pertamanya membuat Aether tampak selalu sempurna di mata Luigene, bahkan malam ini.
"Sebenarnya aku gugup," aku Aether mengambil dasi yang tergeletak di atas meja kemudian mengalungkannya pada leher Luigene.
"Kenapa?"
"Ini pesta pertamaku bersamamu."
"Kau malu karena harus hadir bersamaku?"
"Bukan begitu," wajahnya tampak kusut dan kebingungan ketika membuat simpul dasi, "Akan ada banyak orang termasuk rekan bisnismu, bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?"
"Kau terlalu banyak berpikir," menyentil dahi perempuan itu gemas, tanpa berniat untuk menyakitinya.
Ini pertama kalinya Luigene melihat Aether gugup, sebelumnya perempuan itu selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak mengenal takut.
Ternyata seorang seperti Aether juga bisa gugup.
"Argh!" geram Aether kesal mengacak simpul dasi Luigene yang terlihat tak karuan, "Aku tidak bisa memasang dasi padahal aku sudah menonton tutorialnya di youtube sebelumnya."
"Sepertinya kau ingin membunuhku," gumam Luigene melihat hasil kerja keras Aether. Perempuan itu melilitkan dasinya pada leher Luigene dengan tak karuan seolah siap mencekiknya dengan dasi itu.
Dengan penuh kesabaran, Luigene membuka simpul dasi berantakan yang telah dibuat Aether dan membuat simpul baru dengan mudah.
"Kau membuat simpul dasi dengan mudah."
"Aku sudah melakukan ini sejak lama." Membuat simpul dasi bukan hal yang sulit untuk Luigene.
"Selama ini kau mengikatnya sendiri? Tidak ada yang membantumu mengikatnya?"
"Hm," gumam Luigene mengiyakan.
"Ayo kita pergi," tak ingin membuang waktu lebih lama, Luigene yang sudah merasa puas dengan penampilannya pun mengulurkan tangannya pada Aether, "Kau mau menggandengku atau tidak?"
Senyum Aether mengembang sempurna, mengangguk antusias sembari menggadeng tangan kekasihnya itu dan pergi dari hotel tempat mereka menginap.
Sebenarnya Luigene sudah memiliki rumah di Rusia, namun ia sengaja memesan hotel mengingat kali ini ia membawa Aether bersamanya juga jarak hotel dan tempat pesta diadakan lebih dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...