Satu bulan berlalu.
Tak banyak yang berubah meski satu bulan telah dilewati, setelah melewati masa kritisnya Sydney masih terlelap dari tidur panjangnya, seolah enggan untuk membuka matanya dalam waktu dekat. Dan putrinya sendiri masih berada di dalam inkubator.
Setiap hari Romeo dan Luigene akan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Sydney dan putrinya. Kedua pria itu menghabiskan waktu lebih banyak di rumah sakit.
Ya, perlahan Romeo mampu menerima kehadiran Luigene. Lagi pula untuk apa mendebat dan melarangnya? Yang ia harapkan sekarang hanyalah kesembuhan Sydney, lagi pula Romeo sedikit memahami perasaan Luigene.
Dan Edward? Ayah mertuanya itu masih tidak menyukai Luigene, namun ketimbang membuat keributan dengan memukul Luigene, Edward ebih memilih mengabaikan kehadiran Luigene.
Baru saja Romeo keluar dari kamar inap istrinya, ia sudah mendapati sosok Luigene berdiri di hadapannya, seolah sedang menunggunya.
"Waktumu hanya lima belas menit, aku akan berjaga di depan. Segera keluar jika waktunya sudah habis. Aku tidak ingin ada yang melihat ini."
Lagi dan lagi, selama satu bulan ini itulah yang terjadi. Terdengar gila, namun Romeo memang memberikan Luigene kesempatan untuk masuk dan menjenguk Sydney. Lalu pria itu akan berjaga di luar untuk memastikan sendiri jika tidak ada yang melihatnya.
Biasanya Luigene tidak akan banyak bicara dan segera masuk namun kali ini pria itu melayangkan sebuah pertanyaan kepada Romeo, "Kapan kau akan melakukan tes DNA?"
"Putriku bahkan masih berada di dalam inkubator, tubuhnya masih sangat ringkih, apa kau tega melakukan tes DNA kepadanya? Ah, tentu saja, kau bukan ayah kandungnya."
Tuntutan untuk melakukan tes DNA belum juga Romeo lakukan, bukan bermaksud untuk menghindar namun ia tidak tega untuk melakukannya.
Setidaknya biarkan putrinya keluar dari inkubator terlebih dahulu, maka setelah itu ia akan melakukan tes DNA untuk membutikan bahwa bayi mungil itu memang putrinya.
"Setelah keluar dari inkubator dan keadaannya membaik, aku akan segera melakukan tes DNA dan membawa hasilnya kehadapanmu."
Enggan berhadapan dengan Luigene lebih lama, Romeo segera pergi dari hadapan kekasih istrinya itu.
Kekasih istrinya, lucu bukan? Romeo tengah membiarkan pria lain yang merupakan kekasih dari istrinya masuk dan menjenguk istrinya sendiri.
Bodoh? Anggap saja begitu, Romeo sudah tidak memiliki banyak tenaga yang tersisa untuk menghadapinya.
"Romeo," panggil Darnley menghampiri Romeo yang baru saja duduk di depan kamar inap Sydney. "Bisa kita bicara sebentar?"
Anggukan tanda persetujuan Romeo membuat Darnley segera menyusul duduk di sampingnya. Wajah Darnley yang sudah dipenuhi keriput tampak lesu tak bersemangat, pasti banyak beban yang pria tua itu pikirkan.
"Aku dan Edward sudah membicarakan ini sebagai perwakilan putri kami Sydney. Tidak sepantasnya kami ikut campur dalam rumah tangga kalian, tetapi dalam keadaan Sydney saat ini, kami terpaksa membuat keputusan mewakilinya."
Dengan berat hati Darnley harus menyerahkan sebuah map berisikan dokumen yang ia bawa sebelumnya. Mungkin hal ini akan terlihat kejam, namun hanya ini yang bisa ia lakukan.
Romeo bukanlah pria biasa, ia memiliki tanggung jawab yang besar hanya untuk berada di rumah sakit seharian. Pria itu harus segera pergi dan menyusun kehidupannya dengan layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Roman d'amour[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...