Edernley Lois adalah buah cinta Luigene dan Sydney. Anak laki-laki itu lahir dengan membawa berkat serta kebahagiaan bagi kedua orangtuanya. Hubungan Edward dan Luigene yang semula tidak baik bahkan perlahan membaik sejak kelahiran Edern. Kelahirannya berhasil melengkapi kebahagiaan keluarga kecil Luigene.
"Kaysca mau menggendong Edern?" tawar Luigene kepada Kaysca yang sejak tadi tampak antusias menatap bayi yang ada di dalam gendongannya.
"Baby," panggil Kaysca sembari mengulurkan tangannya, pertanda bahwa ia ingin menggendong adiknya.
"Ini adiknya Kaysca, namanya Edern," jelas Luigene sembari menempatkan bayi kecil itu dalam pelukkan Kaysca, memberinya kesempatan untuk menggendong dan memeluk adik barunya. "Sekarang Kaysca sudah menjadi seorang kakak, Kaysca menyukainya?"
"Selamat, jam tidur kalian akan berkurang selama beberapa bulan kedepan," timpal Romeo yang berdiri di ambang pintu. "Selamat untukmu dan Anaraya, terima kasih karena telah memberikan Kaysca adik jadi aku tidak perlu pusing memikirkan cara untuk memberikannya adik."
"Aku rasa Kaysca tidak masalah jika memiliki dua atau tiga adik, bukankah itu ide baik jika kau memberikannya satu?"
"Aku mengandalkanmu untuk tugas terhormat itu," timpal Romeo menyikut pelan lengan Luigene.
"Apa duda ini tidak berniat untuk menikah lagi?"
"Jangan mulai, sekarang kau secerewet ayahku."
"Masih belum terlambat untuk berkencan, kau tidak kesepian?"
"Tugas-tugas kekaisaran membuatku tidak pernah kesepian, bahkan sekarang aku sudah tidak memiliki banyak waktu bersama Kaysca."
"Jangan khawatirkan apa pun, dengan senang hati kami akan menjaga Kaysca saat kau sedang sibuk."
"Aku rasa kau tidak akan bisa mengucapkan kata itu lagi setelah Edern pulang dari rumah sakit."
"Apa sangat melelahkan merawat seorang bayi?" tanya Luigene, tampak seperti kedua ayah yang tengah berbagi pengalaman.
"Bisa terpejam tiga jam adalah berkah, mereka akan menjadi cukup sensitif saat pulang. Geez, aku sudah tidak mengingatnya."
Mengingat kembali bagaimana momennya mengasuh Kaysca yang baru lahir, meski saat dibawa pulang usianya sudah menginjak dua bulan, tetap saja Romeo dan Sydney sedikit kewalahan karena itu pengalaman yang baru, ditambah Kaysca yang terus terbangun selama dua jam.
"Saat Khaby lahir, Romeo lebih sibuk dari pada pengasuhnya. Dia berusaha untuk mengurus semuanya sendiri."
"Kau dengar itu Luigene? Istrimu sudah mengandung dan menderita selama sembilan bulan, setelah bayinya lahir, jangan membuatnya menderita lebih lama, kau yang harus menderita menggantikannya."
"Aku harus banyak belajar darimu, bagaimana jika kau tinggal bersama kami, membantuku terjaga dan mengasuhnya saja?"
"Kau bersenang-senang sendiri saat membuatnya lalu ingin mengajakku menderita saat dia sudah jadi?"
"Romeo!" sontak Sydney menegur mantan suaminya itu dengan melotot tak percaya, "Putriku bisa mendengarnya."
"Dia memang putrimu, lihatlah dia bahkan tidak ingin pulang bersamaku lagi," timpal Romeo menyindir Kaysca yang akhir-akhir ini ingin terus menempel kepada Sydney dan Luigene.
"Ada mainan baru di sini, tentu saja dia penasaran," timpal Sydney merujuk pada Kaysca yang terus ingin melihat Edern, adik barunya.
"Kalau begitu, aku titipkan Kaysca sebentar, nanti sore aku akan menjemputnya lagi, kalian tidak keberatan bukan?"
"Kau akan pergi berkencan?" tanya Luigene menggoda pria berbadan besar itu.
"Ya, berkencan dengan para perdana mentri, mau ikut? Kita bisa melakukan double date."
"Terdengar sangat menyenangkan tapi tidak terima kasih."
"Sedikit tips untukmu," ujar Romeo kepada Luigene, "Jika dia menangis, mulailah menghitung hingga sepuluh, jika masih menangis baru angkat."
"Lalu tiriskan?"
"Tambahkan bumbu yang banyak, lalu makan sebelum dingin," jawab Romeo mengikuti candaan Luigene yang semakin garing.
Ah, sepertinya Romeo juga sudah cukup tua karena ia mulai menyukai candaan garing Luigene.
"Apa putraku mie?"
"Kelak putramu akan bertanya, dari mana dia berasal dan mungkin kau harus mengingat proses pembuatan mie untuk meladeni pertanyaan panjangnya."
Romeo ingat saat Kaysca terus bertanya dari mana ia berasal, bagaimana ia bisa lahir, dan jawaban yang Romeo berikan adalah Kaysca terbentuk dari tepung yang melalui proses cukup panjang.
Jawaban yang buruk, namun hanya jawaban itu yang paling masuk akal dan dimengerti untuk anak seusia Kaysca. Setelah mendapat jawaban itu, putrinya tampak puas dan tak lagi pernah bertanya.
"Kaysca, papa pulang," pamit Romeo kepada putrinya itu, bukannya menangis Kaysca justru melambaikan tangannya.
Romeo hanya tertawa dan menggeleng kecil sebelum beranjak pergi. Setelah melewati pintu kamar inap Sydney, ia kembali menoleh menatap ruangan itu, ingatannya seperti dilempar pada beberapa tahun lalu saat Kaysca lahir.
Saat itu, perasaan Romeo sangat bercampur aduk karena keadaan yang tidak baik-baik saja. Sydney dalam keadaan kritis, begitu juga dengan putrinya. Saat itu, Romeo berpikir jika dia akan kehilangan keduanya.
Tetapi, ia sangat bersyukur karena mereka berdua sangat kuat dan bisa melewatinya.
Sekarang Sydney telah memiliki keluarga baru bersama pria yang dicintainya, Luigene. Anak pertama mereka sudah lahir dan kebahagiaan menyelimuti mereka, tak munafik, terkadang Romeo membayangkan jika bisa memiliki kehangatan ini dahulu, namun kenyataannya ia harus melalui sedikit ombak yang berusaha menariknya tenggelam.
Terlepas dari itu, Romeo juga ikut senang atas Sydney dan Luigene, ia juga turut bahagia atas kehadiran anak pertama mereka, Edernley Lois.
Sama seperti Luigene yang menyayangi Kaysca, begitu juga dengan Romeo yang akan menyayangi anak itu seperti ia menyayangi putranya sendiri.
"Anaraya, berbahagialah selalu, aku akan selalu memastikan bahwa kau hidup dalam kebahagiaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Luigene: SECRET SENTINEL
Romance[COMPLETED] Kisah ini diambil dari surat-surat milik mantan Putri Mahkota Inggris, Sydney Anaraya dalam buku hariannya. Hingga saat ini tak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Sydney setelah surat terakhirnya yang tak pernah selesai-meninggalkan n...