01- Rambut

25.4K 1.6K 11
                                    

Kicauan burung di pagi hari menyambut gadis rambut pendek membuka mata. Sinar matahari memasuki jendela kamarnya, bahkan wajahnya kini sudah kena cahaya matahari pagi. Namun sang empu tidak berniat beranjak ataupun nyari tempat yang tidak dapat dijangkau sang mentari.

Mata bulat itu menatap langit-langit kamarnya yang bewarna putih, kedua ujung bibirnya perlahan mulai terangkat. Ia tersenyum kala mengingat ada yang baru dengan dirinya.

"Putri bangun Putri!" terdengar dari luar suara wanita paruh baya tengah mengetuk pintu anak gadisnya dengan cukup keras.

Senyuman gadis itu perlahan lenyap, lalu menatap malas pintu putih. "Yaelah Bunda, Putri dah bangun kali," ia berdecak kesal. Ia paling tidak suka pagi-pagi sudah mendapatkan teriakan. Apalagi teriakan sang ibu sangat keras, sudah dipastikan tetangga samping rumah juga mendengarkan teriakan ibunya.

"Cepet siap-siap, terus turun ke bawah!" ujar sang ibu yang mulai berjalan menjauh dari kamar anak gadisnya.

"YOII!!" balas gadis itu dengan berteriak kencang. Jika orang yang tidak tahu, mungkin mereka menganggap bahwa yang barusan teriak itu seorang pria karena sangking beratnya suara Elisya. Bahkan suara kembarannya saja tidak seberat dirinya.

Dengan gesit Elisya berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit buat gadis itu mandi. Ia type orang tidak suka terlalu lama-lama di kamar mandi.

Elisya memandang diri di depan cermin dengan senyum-senyum. Kok gue ganteng ya? Batin gadis itu sambil memandang pantulan dirinya di cermin.

Ia mulai mengambil minyak zaitun lalu diusapkan merata ke seluruh rambutnya. Setelah itu Elisya menyisir rambutnya. Mungkin cuman itu persiapannya menuju sekolah baru, karena ia tidak suka memakai bedak. Walaupun ia tidak suka berdandan terlebih dahulu, Elisya tetap mengoleskan lipblam ke bibirnya agar tidak terlalu kering dan pucat.

Kini Elisya sudah bersiap menggunakan seragam SMA Bangsa. Tetapi yang membuat penampilannya kini berbeda ialah, karena ia menggunakan celana bukan rok. Elisya berkata terlalu ribet. Namun biarkan saja, jika semua orang menganggap dirinya sebagai lelaki. Elisya tidak keberatan.

Gadis dengan penampilan cowok itu pun langsung turun ke bawah, dengan bersiul kecil. Orang rumah yang melihat itu sontak saja kaget.

"SELAMAT MORNING, MY FAMILY!" teriak gadis itu menggemah ke seluruh rumah.

"Buset ganteng banget lo, gue aja kalah." Elisya hanya terkekeh geli mendengar kembarannya muji dirinya.

Elisya tersenyum angkuh. "Gua mah ganteng, lu mah lewat." dia lantas duduk di kursinya depan sang ibu.

Pemuda yang memiliki wajah serupa dengan Elisya memandang kembarannya dengan datar. Dia Reno Andiputra Smith, atau kerap dipanggil Putra oleh orang terdekatnya. Dia dengan Elisya hanya berselisih 4 menit, itulah yang membuat Elisya tidak pernah segan ke Putra. Walaupun Putra adalah abangnya.

"Buset anak cewek gue mana?! Kok bisa jadi mirip anak gue Putra? Lo siluman ya?" celetuk nyonya Smith sekaligus ibunda Elisya dengan menggunakan bahasa gaul.

Neolia Fauruz Smith, wanita berkepala tiga itu asal Amerika. Namun, ia sudah lama tidak menginjakkan kakinya di tanah airnya dari ia masih remaja. Bahkan kini cara bicaranya sudah seperti orang Batak, bukan lagi seperti bule.

Lia menikah dengan pria berdarah sunda-jawa, yang bernama Firman Liodra Smith. Seorang pria dewasa nan bijak, yang akan senantiasa menuntun agar sang istri menjaga dalam tutur kata.

Seperti saat ini Lio memegang tangan Lia sebagai teguran. "Bunda omonganya." tegurnya dengan suara lembut.

Inilah yang disukai Lia dari Lio, pria itu tidak pernah sekalipun membentaknya. Sekali pun ia membuat kesalahan besar, paling juga Lio menegurnya habis-habisan.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang