08- Belakang Sekolah

11.5K 960 6
                                    

Sholat subuh baru saja telah usai. Seperti kegiatan yang sudah diagendakan oleh pesantren, kegiatan sesudah sholat subuh ialah mengaji Al-Qur'an sampai matahari diatas kepala.

Namun Elisya tidak peduli dengan kegiatan itu, gadis itu kini sudah berbaring diatas sajadah dengan mukenah masih ia kenakan, sementara mata gadis itu sudah terpejam. Hanya hitungan jari gadis itu sudah menjemput alam mimpi.

Mila, Fina, Zahra saling tatap melihat Elisya tidur begitu pulesnya. Kasihan mau dibangunin, tapi kalau tidak dibangunin itu juga nanti tambah parah.

Fina menepuk pelan pipi Elisya. "El bangun,"

Elisya tidak menggubris. Gadis itu justru menarik kakinya dan membiarkan tubuhnya terbungkus oleh mukenah.

Banyak santri yang mulai mengaji, bahkan ada beberapa santri yang memperhatikan gadis itu tidur. Elisya type orang yang gampang tidur, bahkan tidur di masjid yang banyak orang juga dia bisa nyenyak.

Zahra berinsiatif mengambil dalam kemasan gelasan yang tersedia di masjid. Gadis bergingsul itu merobek sedikit plastik atas air kemasan kemudian ia membasahi sedikit telapak tangannya lalu ia meraupkan ke wajah Elisya.

Sontak saja Elisya membuka matanya, ia kemudian menjauhkan wajahnya. Mata kantuknya kini hilang, ketika wajahnya wajah.

Zahra meletakan air itu dipojokan. "Maaf Mbak, Zahra terpaksa ngelakuinnya biar sampean bangun."

Elisya mendengus kesal, ia mengusap kasar wajahnya yang basah. "Lo pada maunya apa sih? Ganggu mulu!"

"Ngaji." balas mereka serempak.

Suara merdu mengulum indah menghentikan perdebatan mereka. Seseorang yang tengah mengaji surah Ar-Rahman, membuat santri putri yang mendengar itu senyum-senyum.

Santri putri maupun santri putra tengah mengaji di masjid yang sama, hanya saja terhalang kain pembatas yang tingginya di atas tinggi normal manusia. Jadi para santri putra maupun putri tidak bisa saling melihat.

Elisya menatap depan dengan takjub. "Itu siapa sih yang mengaji? Merdu banget sumpah, bikin jatuh cinta." Elisya menompah dagunya dengan tangan lengannya sambil membayangkan seseorang yang mangaji tersebut.

"Itu mas Rifqi," Zahra menjawab dengan tersenyum sipul.

Mata Elisya membulat sempurna. Ia tidak salah dengar kan? Rifqi sahabatnya Putra? Mengapa dimana-mana ada Rifqi. "Rifqi itu kakak lo? Yang sekolahnya di SMA Bangsa bukan sih?" Ia bertanya hanya untuk memastikan.

"Iya Mbak,"

Mengapa dunia begitu sempit? Elisya tidak habis pikir.

"Terus pemilik sandal itu?" Elisya mencoba berfikir bukankah gadis itu semalam bilang kalo pemilik sandal itu adalah kakaknya.

Flashback on

"Mbak Putri itu sandal siapa?" tanya zahra menatap sandal yang di pakai Elisya. Ia merasa tak asing dengan sandal itu.

"Ini?" Elisya mengangkat kakinya. "Ini sandal cowok berpeci tadi, cowok itu ngasihkan sandal ini ke gua."

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang