20-Warung

7.1K 602 14
                                    

Pondok pesantren Al-musthofa. Mobil BMW milik Lio memasuki pekarangan pondok.

Elisya gadis itu pamit pada Lio mau langsung kekamarnya.

Dengan wajah lesu Elisya menenteng tas rangsel satu yang isinya baju dan oleh-oleh buat teman kamarnya.

"Langsung masuk aja deh," gadis itu memgumam kecil ketika sudah didepan pintu kamar.

Ceklek

Pintu kamar pun terbuka. Keadaan kamar sepi karna ini jam madrasah.

Ia langsung merebahkan tubuhnya yang lelah dikasur tipis. Meletakan sembarangan tas rangselnya.

"Semoga Putra cepat sadar ya Allah," gumam Elisya pelan setelah itu ia sudah berada di alam mimpi.

Waktu berjalan begitu cepat sampai memasuki waktu menjelang maghrib.

Gadis itu tidur begitu pulas, sampai para teman-temannya sudah memasuki kamar.

"Assalamualaikum," mereka mengucapkan salam barengan dan kaget melihat Elisya sudah berada dikamar.

"Waalaikumsalam," merasa tidak ada sahutan Zahra pun membalas salam mereka.

"Ini teh El?" tanya Fina dengan polosnya menghampiri Elisya yang sedang tidur.

"Iya gitu kok masih nanya, piye to sampean niki." Mila yang sedang meletakan kitabnya ikut menimpali apa yang diucapkan sahabatnya.

"Ya, ana kan cuman nanya. Kunaon atuh? Anti ko sensian amat, lagi dapet ya?" kata Fina dengan lugu membuat Zahra yang melihat mereka debat hanya tertawa kecil.

"Kagak lah!" cetus Mila membuat Fina sedikit emosi.

"Mila! Anti ini kunaon? Marah-marah terus? Katanya gak lagi dapet kok erosian?" Fina ikut kesal sama Mila ini yang isinya marah-marah terus.

"Ana kesel sama Ustadzah Nisa 'Fin! Dari tadi buat kesel Mila aja kerjaannya. Disuruh nyapu padahal gak ada jadwal piket ana, terus disuruh nulis, abis itu disuruh baca salah dikit disuruh berdiri didepan kelas. Kan ana malu!" cerocosnya panjang lebar membuat Fina menghela nafas.

"Mil, Mil, udalah lah. Ustadzah Nisa gitu buat anti lebih baik kedepannya. Jangan marah-marah terus. Anti kan tau sifat marah itu dari mana coba'?" kata Fina mulai melembut kemabali.

Mila menghelah nafas kasar. "Ana tau, dari setan kan? Sifat marah itu sifatnya setan dan Allah sangat benci sama hambanya yang pemarah. Tapi 'kan ana kesel! Anti gak tau sih rasanya nanggung malu dilihatin kakak kelas adek kelas, bahkan tadi ada gus Ali lewat abis kekantor. Kan ana malu banget, dilihatin gus!" cerocosnya lagi dengan telapak tangan menutupi muka.

"Hah? Masak Mil? Sinca?! Kenapa anti gak bilang? Kan ana bisa lihat gus idaman," kata Fina melebarkan pupil mata ketika Mila menyebutkan ada Ali.

"Ishh, mana sempet ana manggil anti yang duduknya didepan. Yang ada Ustadzah Nisa memberatkan hukuman ana lagi." Mila mencebik kesal melipat baju yang tadi siang diambil dari jemuran.

"Awas loh, Zahra bilangin sama mas Ali nanti." celetuk Zahra dengan nada menggoda.

Sontak mereka berdua menatap cemas Zahra.

"Eh,, ning Zahra jangan ya, bisa gawat nanti," kata Mila was-was.

"Iya atuh ning, jangan ya? Nanti ana malu sama gus Ali," Fina ikut menimpali kata Mila.

"Hmm ada apa ini? Kok ada gus Ali sebut-sebut?"

Mereka kaget akan suara itu langsung menengok kebelakang yang terdapat Elisya baru bangun tidur.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang