40-Lio&Lia

5.2K 583 58
                                    

Bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, tetapi dengan bersyukurlah yang akan menjadikan hidup kita bahagia.
~~~~~~~
Neolia Fauruz Smitch

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

Cklek

Pintu ruangan VIP di buka menampilkan gadis dengan selang infus bersandar dipalangan brankar.

"Ayah Bunda, kalian ngapain di sini?" tanya gadis itu menatap wanita paruh baya dan pria paruh baya.

"Mau shoping!" cetus Lia menatap sengit putri satu-satunya.

"Ohh.. Kalau mau shoping jangan di sini Bun, ini kan rumah sakit." kata gadis itu.

"Eh lu pikir kalau kita kesini mau ngapain lagi selain liat anak cewek kita yang bandelnya naudzubillah."

"Ya kira aja Bun,"

"Assalamualaikum Tante Om," remaja laki-laki itu langsung merebut tangan Lia Lio dan mencium punggung tangannya.

"Waalaikumssalam."

"Maaf sebelumnya Om Tante, gara-gara kesalahan saya El jadi masuk rumah sakit." dengan gantle Rifqi mengatakan itu dihadapan orang tua Elisya.

"Eh, saya tau banget anak saya jadi jangan tutupi kesalahannya. Lu pikir saya gak perna mudah apa?! Dasar anak remaja. Sok berani padahal dalam hati ketar ketir." jleb. Omongan Lia pas sasaran membuat Rifqi bungkam.

Nih tante Lia cenayang kali ya? Batin Rifqi susah paya meneguk silva nya.

"Bun udah ah," tegur Lio kalem.

"Eh lu itu anak cewek kenapa pake ikut acara tawuran segala sih! Lu gak inget kalau lu itu cewek hah?!" Lia mulai membuka sesi acara ceramah dengan kecepatan 4G. Wanita paruh baya itu berkacak pinggang menatap sengit putri satu-satunya.

"Putri gak lupa kok Bun, Bunda tenang saja." balas Putri dengan muka lugunya menatap ibunya yang sedang marah.

"Ngejawab ya lu! Lu gak Bunda kasih waktu untuk ngomong. Lo diem aja sekarang! Dengerin Bunda sama Ayah!" sarkas Lia tajam.

"Nak kamu itu cewek, kenapa sih kamu harus ikut perkumpulan gak jelas itu 'hah?! Dulu almarhum Putra Ayah tentang keras agar perkumpulan itu dibubarkan,
Sekarang? Malah kamu mengikuti jejak abang kamu yang gak bener itu." kini Lio yang angkat bicara menatap penuh kecewa Elisya.

"Kan namanya saudara kembar Yah jadi ya ngiku_"

"MBANTAH LAGI LU! KAN SUDAH BUNDA BILANG, LU GAK ADA WAKTU UNTUK NGEJAWAB!"

"Shttt.." seorang suster masuk dan menegur Lia.

"DIAM LO!" Lia menatap tajam suster yang masuk tak diundang itu.

"Buk jangan berisik jangan ganggu pasien lain, biarkan pasien itu istirahat jangan dimarahi__"

"Eh lu punya hak apa ngatur saya?! Keluarga bukan, sanak bukan, berani ngatur-ngatur saya. Eh lu lupa ini kamar VIP yang pastinya kedap suara. Mending sono lu urusin pasien yang sekarat, dari pada urusin keluarga saya!"

"Tapi Buk pasie__"

"PERGI LU JELANGKUNG!" teriak Lia murka.

Suster tadi gemeteran sendiri, nyalinya ciut karena tak memiliki teman untuk melawan emak-emak.

"B--buk pasiennya bu--butuh istir__"

BRAK

Lia melempar sepatu Elisya kearah suster tadi. Suster itu pun langsung terbirit birit keluar.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang