"Qobiltu nikaahahaa wa tazwijahaa bil mahril madz-kuur haalan." suara lantang disusul bergemuruh Alhamdulillah.
Suara itu, suara lantang itu menggemah ke penjuru Pesantren. Elisya termenung di lantai atas penjemuran.
Hari ini, jam ini, detik ini, pangeran berpecinya telah sah jadi suami orang. Dan Elisya sadar, ia enggak bisa mengejar suami orang lagi.
Sekolah maupun ngaji madrasah, semua di liburkan dikarenakan Gus tertua mereka menikah. Para santri di bebaskan mau ngapain aja dan mau kemana aja, asalkan tidak keluar dari area Pesantren dan tidak membuat kegaduan. Mereka juga boleh ikut ke acara nikahan Ali, walaupun hanya sekedar menyasikan Ali menyalimi para tamu.
Lamunan Elisya kembali buyar, ketika suara cempreng memasuki indra pendengarannya.
"ELISYA!" Elisya berdecih pelan. Lagi-lagi dia.
"OEMJI HELLO! Elisya jangan galau disitu, nanti kesambet baru tau rasa you," dengan hebohnya Abel mendekati Elisya di temani kipas genggam pink mininya.
"Brisik!" umpat Elisya kesal tanpa melihat ke lawan bicara karena matanya sedari tadi fokus ke satu titik. Pelaminan, terdapat Ali dan Fahma sedang menyalimi para tamu.
Fahma. Gadis sholehah dengan jilbab lebar nan syar'i membaluti kepala sampai paha. Tutur kata yang lembut, dan jalannya juga anggun. Tidak heran jika Ali menyukai gadis itu, mereka setara ilmu agama dan sederajat. Beda sama Elisya yang bar-bar tidak ada anggun-anggunnya, Elisya juga belum bisa memakai jilbab dengan istiqomah, ilmu agamanya juga masih minim. Elisya sadar ia gak pantas buat Ali yang Masya'allah.
"Elisya! You dengerin Abel gak sih? Capek nih muncong Abel nyerocos mulu dari tadi, tapi enggak didengerin. Sakit tauk hati eneng," eluhan Abel membuat Elisya kembali tersadar.
"Ada apa?" Elisya langsung to the point karena malas mendengarkan gadis itu ngoceh lebih lama lagi.
"Abel tau kalau you galau, tapi plis deh jangan galau di penjemuran gak epic banget. Lagian yang patah hati bukan hanya you, tapi para santriwati sini juga patah hati. Bahkan mereka memberi nama hari ini ‘Hari Patah Hati Nasional’ _"
"Gak nanya." potong Elisya.
Abel mengrucutkan bibirnya kesal. Sepertinya ia salah berteman sama cewek batu di depannya. Batin Abel.
"Gak bisa banget diajak ngobrol-ngobrol santai, terlalu serius hidup you. Cantik sih tapi kaku gak bisa senyum, Abel gak suka. Mending Abel, walaupun gak secantik seperti you, setidaknya Abel ceria dan murah senyum." cibir Abel yang masih menyerucutkan bibirnya.
"Bodoh!"
Abel merasa kesal mendengar respons Elisya yang kelewat acuh.
"Kalau gak ada yang penting, mending lo pergi." usir Elisya yang masih menatap dua insan menyalimi para tamu.
"Ck! Iya-iya, tadi di bawah ada ibu you lagi nyariin you, temuin gih," Abel memilih mengalah ketimbang meladeni modelan seperti Elisya.
Tanpa bicara apa-apa Elisya nylonong pergi begitu saja meninggalkan Abel dengan muka kusutnya. Abel berdecak kesal, tapi ia juga bakal kalah debat sama Elisya, walaupun sebelumnya ia gak perna kalah debat sama siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔
MizahMENDING LU PADA BACA VER 2 DEH, DI SANA LEBIH BAEK DARIPADA DISINI!! (Berhubung saya malas revisi, jadi saya membuat STMP ver.2. Di sana penulisannya lebih baik, 60% since tidak ada di STMP ver.1. Tapi tenang saja alurnya masih sama Shay. (Tapi ters...