27- Teror

6.1K 530 11
                                    

"Ada apa sih?!" cetus Elisya ketika di depan Rifqi.

Rifqi masih tak bergeming. Matanya terus saja manik coklat Elisya.

Elisya berdecak kesal. "Kalau lo masih aja diam, gua akan pergi!" gadis itu mulai pergi dari hadapan Rifqi namun tanggannya dicekal Rifqi membuat Elisya mau tak mau menatap Rifqi kembali.

"Apaan?!"

Rifqi masih diam, sudut bibirnya sidikit terangkat.

"Gua pergi nih," ancam Elisya merasa kesal.

Tak banyak bicara Rifqi menarik tangan Elisya, dan berjalan keluar Pesantren.

"Ehh,, apaan sih lo! Lo mau ngajak gua keluar Pesantren? Gak-gak lo aja yang pergi, gua ogah pergi mah lo, yang ada gua dihukum lagi."

"Lu tuli ya? Lepasin gua!" Elisya mencoba melepaskan genggaman tangan kekar Rifqi dipergelangan tangannya, tapi hasilnya nihil. Genggaman itu justru semakin dieratkan.

"Aw.. Sakit bego!" umpat Elisya kesal.

"Lu mau nyulik gua ya?" mata Elisya memincing menatap tajam cowok di depannya.

"Ogah!" hanya satu kata yang berhasil meluncur dibibir ranum Rifqi.

Elisya menghembuskan nafas legah, setidaknya tu cowok bener-bener tidak tuli. Tapi Elisya juga pasrah mau di bawah mana dia nantinya.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit dengan berjalan kaki membuat Elisya capek sendiri.

"Mau kemana sih?" tanya Elisya nafasnya masih terengah-enggah.

"Udah sampai." Elisya langsung menyapu pandangan kanan-kiri setelah mendengarkan Rifqi berbicara seperti itu.

"Pasar sore? Ngapain lo ngajak gua kesini?"

"Biar lo sedikit lupakan masalah tadi."

Elisya tertegun, jadi ini alasan Rifqi. Cowok itu peduli dengannya, demi apa?

Rifqi itu unik. Ya Elisya menilai Rifqi seperti itu. Terkadang cuek dan terkesan tidak peduli, tapi juga perhatian. Seperti saat ini. Tanpa ia sadari, dirinya mulai nyaman dengan kehadiran sosok Rifqi.

Dengan paras Rifqi yang rupawan, sulit sepertinya Elisya menolaknya. Jujur saja dibandingkan dengan Ali, Rifqi lebih tampan. Mengapa dirinya jadi memuji paras dari lelaki didepannya ini?

"Lo mau?" Elisya langsung tersadar dari lamunannya menatap Rifqi dengan permen kapas ditangan cowok itu.

"Sejak kapan lo beli?" Elisya bertanya keheranan.

Rifqi menatap sendu Elisya. "Sejak lo mulai ngelamun."

"Nih," Rifqi menyodorkan permen kapas berukuran sedang dihadapan Elisya.

Dengan berat hati Elisya menerimanya. "Thanks."

Elisya mulai memakan permen kapas itu, tapi tubuhnya didorong keras oleh orang sampingnya membuat tubuhnya dan permen kapas itu jatuh ke tanah.

"Aww.." pekik Elisya ketika telapak tangannya tergores batu runcing.

Rifqi sedikit panik melihat gadis itu terjatuh, namun ia menutupi ekspresi khawatirnya dengan tatapan datar. "Lo gak pa-pa?" Rifqi membantu Elisya berdiri.

"Gila ya lo! Ngapain coba tadi ngedorong gua? Mau buat gua celaka?!" tuduh Elisya menatap Rifqi sengit.

Elisya membersikan gamisnya dari debu yang menempel digamisnya. Tak sengaja matanya menatap nanar permen kapas yang jatuh.

"Sayang kan permennya jatuh belum sempet gua makan." lirih Elisya menatap nanar permen kapas yang sudah jatuh ketanah.

"Sorry, tadi ada montor melaju kencang,"

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang