19-koma

7.8K 633 7
                                    

Lampu pintu oprasi baru saja padam pertanda oprasi telah usai.

Mereka langsung gencar menanyai keadaan Putra pada dokter.

"Anak saya gimana keadaannya Dok?" Lia sudah sedari tadi menangis ketika mendengar kabar Putra dari Rizky.

"Keadaannya cukup parah Buk. Orang tua pasien silakan ikut saya keruangan biar saya jelaskan mengenai keadaan pasien."

Lia langsung hiteris dan Lio hanya menganguk lantas mengikuti sang Dokter dari belakang.

Tubuh Elisya ngedrop gadis itu duduk lunglai di dinginnya lantai Rumah Sakit. Sedangkan air matanya seperti sudah enggan menetes.

Dengan Rifleks tangan Rifqi merengkuh tubuh munggil gadis disampingnya itu. Jemarinya telulur mengelus pundak gadis itu yang tampak bergetar.

"Rif, Abang titip Elisya ke lo. Abang sama Rena mau pulang bentar. Dan kalian berdua.." pandangan Rizky berahlih dikedua cowok yang tampak menguap siapa lagi kalau bukan Nathan dan Dio. "Kalau capek kalian bisa pulang."

Sontak tubuh mereka berdua langsung tegang menerjapkan mata mengusir kantuk yang sempat mampir. "Enggak Bang, kita enggak ngantuk. Yakan Nat?" tanya Dio menatap temannya itu.

"I-iya Bang. Kita akan jaga Elisya juga nemenin Rifqi. Kita kan Best Prend Poreper." Kata Nathan dengan sesekali menguap.

"Serah lu dah," cibir Dio memutar bola mata malas.

"Yaudah terserah kalian. Abang pamit dulu ya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,,"

Rizky dan Rena baru saja sudah pergi dan Lio Lia baru saja keluar dari ruangan Dokter tadi.

Elisya yang menyadari itu langsung menghampiri orang tuanya. "Gimana keadaan Putra Bun Yah?"

"Kita jelasin nanti saja. Putri kamu pulang saja nak tubuh kamu sudah lemas, Ayah takut kamu malah sakit. Kan gak lucu Putra dah sembuh ehh malah Putri yang sakit." kata Lio menatap seduh putri semata wayangnya dengan tangan telulur mengelus rambut pendek Elisya.

"Ta-tapi Yah, Putri gak bakal bisa tenang," tolak Elisya dengan menggelengkan kepala kuat.

"Udah, Rifqi kamu antarkan Putri pulang ya? Hati-hati jangan ngebut,"

"Iya Om," patuh Rifqi.

"Ta-tapi Yah,"

"Udah Sayang ini dah malam, udah jam duabelas lebih, kamu tidur yang nyenyak disana jangan pikirkan kembaranmu. Disini biar Ayah Bunda dan Bang Rendi yang jaga, besok baru kamu boleh kesini lagi." kata Lio lagi dengan lembut.

Elisya menghembuskan nafas gusar, ia lebih baik mengalah dari pada harus debat dengan keadaan tubuh lemas. "Baiklah,  Ayah Bunda Putri pamit," Elisya gantian mencium kedua punggung tangan orang tuanya.

Rifqi langsung menggiring tubuh lemas Elisya. Sempat Elisya tolak tapi Riqi kekuh untuk merangkul tubuh Elisya dengan alasan ‘Takut lo jatoh yang ada lo nyusain gua lagi!’. Menyebalkan bukan? Tapi Elisya hanya menurut pasrah.

🕊🕊🕊

Pagi yang cerah dengan sedikit gerimis. Gadis dengan pakaian cowok sudah siap menuju Rumah sakit menemui kembarannya.

Ting

Notif handphone memberentihkan langkah Elisya.

Jemarinya dengan cekatan menggeser layar handphone. Ada notif dari nomor tak dikenal di aplikasi WhatsApp nya.

Ia menyeritkan dahi menatap nomor itu. "Nomor sapa nih? Nyasar kali ya? Buka aja deh takut penting."

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang