30-Hancur

6.2K 589 37
                                    

Warning!!! Diharuskan membaca sambil memakai perasaan agar bisa hanyut dalam cerita.

Happy reading..

☁🕊🕊☁

Di sebuah ruangan hampa bernuasa putih.

Seorang gadis penampilan cowok menengok sana sini.

"Putra.." panggil gadis itu ketika sang retina tak sengaja menangkap cowok bertubuh tegap diujung mirip sekali dengan dirinya.

Ia mendekati sosok yang mirip kembarannya itu.

"Lo udah sembuh?" tanya gadis itu tapi sang ditanya hanya senyum sambil menatap gadis itu.

"Lo ko bisa di sini? Ini di mana?" kata gadis itu sambil cligak-cliguk sana sini.

"Gua pengen deh lo panggil abang, seperti lo manggil bang Rizky dan bang Rendi,"

"Lo gak lagi kesambet kan? Lagian dari orok gua gak perna manggil lo dengan sebutan itu,"

"Ini permintaan terakhir gua El semoga lo bisa ngabulin. Oh ya gua titip Ayah Bunda ya, jaga mereka buat mereka selalu bahagia, dan satu hal mereka gak membenci lo."

"Lo ngomong apaan sih?! Emangnya lo mau kemana?"

"Gua pamit, semoga setelah ini lo enggak menangisi gua." Putra memeluk lama Elisya

Dan setelah itu sosok Putra perlahan meninggalkan Elisya.

"Putra lo mau kemana?!"

"PUTRA.."

"PUT..!

"PUTRA!!"

"El, El, kamu kenapa?" Aida menepuk pelan pipi Elisya.

Sontak mata Elisya membulat sempurna dengan keringat bercucuran dipelipisnya.

"Itu cuman mimpi, iya itu cuman mimpi. Putra tidak mungkin ninggalin gua," gumam Elisya menyangkal mimpi terburuknya.

"Kamu mimipi buruk ya, El?" tanya Aida.

Elisya tidak merespon, dia masih takut jika mimpinya itu jadi kenyataan.

"Ini jam berapa?" tanya Elisya.

"Mau subuh El, mendingan kamu mandi sana sebelum keburu antri." titah Aida.

Elisya bangun dari ranjang dan langsung mengambil gayung yang ada peralatan mandinya.

Diperjalanan menuju KM (kamar mandi) Elisya terus memikirkan mimpinya tadi.

"Orang dulu bilang bahwa mimpi itu kebalikannya sama real life, berarti itu tandanya Putra akan segera sadar." gumamnya dengan senyuman mengembang.

🕊🕊🕊

Waktu madrasah siang baru saja telah usai.

Elisya merapikan semua kitabnya dan langsung keluar kelas.

"El," tangan Elisya dicekal sama pemilik suara itu.

Elisya membalikan badan menatap lawan bicara dengan tatapan datar.

"El, maafin ana.. Tolong bujuk Ustadzah Halimah dan bu nyai Naila agar tidak mengeluarkan ana El, hanya anti yang bisa membantu ana," Mila menangis tersedu-seduh memohon di depan Elisya.

"Kenapa gua harus bantu lo?" tanya Elisya dingin.

"Ana gak mau buat ibu ana kecewa El, ana bukan dari keluarga berkecukupan. Kalau ana dikeluarkan dari pesantren ini, ana gak akan bisa sekolah lagi karena tak lagi memiliki biaya, ini aja ana mendapatkan beasiswa,"

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang