2 minggu kemudian..
Ujian akhir semester baru saja telah selesai, ucapan syukur bergemuruh dipenjuru sekolah.
Di kantin sekolahan sekarang mereka berada. Siapa lagi kalau bukan Aida, Abel, Elisya.
Elisya mengaduk asal minuman yang ia pesan sambil memikirkan teror yang makin menjadi-jadi.
Selama ujian teror itu semakin membuat Elisya hampir stres gak fokus dalam ujian. Mulai dari kertas bertulisan dari darah, hilangnya buku bahasa Indonesianya, seragam yang mau dikenakan tiba-tiba hilang, seragam olaraganya juga hilang, kerudung sekolah hilang, bahkan yang paling parah ia diteror dikirimi bangkai ayam yang masih ada darahnya dan tak lupa dengan secarik kertas, ia juga perna mendapatkan boneka dengan belumuran darah dengan bagian yang ditusuk pakai paku. Parah memang. Elisya berfikir lagi siapa pelaku dibalik ini semuah? Apakah kesalahannya begitu fatal hingga ia diteror sampai segitunya.
Abel yang melihat Elisya seperti itu merasa sedih, tapi ia juga tidak bisa banyak membantu. Abel sudah melakukan penyelidikan, hanya mendapatkan percihan-percihan dari masalah yang masih tanda tanya, masih menjadi misteri.
Aida sendiri juga bingung, tapi ia bukanlah Abel yang bisa melakukan penyelidikan, tapi ia hanya bisa membantu do'a agar masalah Elisya cepat berakhir.
"Abel mau cerita nih," kata Abel berusaha mencairkan suasana yang hening.
"Mau cerita apa Bel?" hanya Aida yang merespon. Elisya, gadis itu masih melamun.
Elisya bener-bener buruk keadaannya, badannya bahkan semakin kurus. Mungkin gak cuman fisik, tapi juga batin yang tertekan.
Abel yang melihat keadaan Elisya seperti ini mau menangis. Gadis yang selalu membuat darahnya naik, kini beberapa trakhir ini hanya diam melamun. Makannya hanya sehari sekali, bahkan terkadang tidak sama sekali.
"El," Abel mencoba memanggil Elisya dengan menepuk pelan punggung tangan gadis itu.
Elisya melihat sekilas setelah itu menatap menumannya kembali sambil melamun.
"Are you okay?" tanya Abel memastikan.
"Gak usah sok Inggris." kata Elisya dengan tatapan tak teralihkan dari minumnya.
Abel tersenyum, setidaknya Elisya tidak melamun.
"Hehe.. Abel mau cerita, dengerin dong," rengek Abel.
Elisya berdecak kesal. "Ck! Iya gua dengerin."
"Jadi gini, Abel kemarin menemukan buku Elisya di laci mejanya si Mila," Abel mengeluarkan buku bersampul coklat dari dalam tasnya. "Kan kemarin ujiannya diacak kelasnya, terus Abel mendapatkan kelasnya Elisya dan kebetulan dimejanya si Mila Abel duduknya."
Elisya memegangi buku bersampul coklat dari Abel untuk dilihatnya. Benar, ini buku miliknya. Tetapi, kenapa bisa di laci meja Mila?
"Menurut Abel itu buku dicuri oleh si Mila." Abel ber-opini.
Ini sulit dipercaya. Elisya tidak mau percaya apa yang dikatan Abel, tapi hati kecilnya menolak logikanya dan menerima opini Abel. Lagian buat apa coba Mila ngambil bukunya?
"Hust.. Jangan syuudzhon, bisa saja kan Mila pinjam Elisya bukunya," tegur Aida pelan.
"Aida, kan Mila benci sama Elisya mana mungkin tuh Maimunah minjam buku, keknya gak banget deh. Gak cuman buku Abel nemunya, ini sepidol merah, dan cairan darah," Abel mengeluarkan sepidol, kain putih, dan cairan merah seperti darah berwadah plastik.
"Dari mana lo dapat ini semua?" tanya Elisya mensipitkan mata menatap intens Abel.
"Abel kan kemarin melakukan penyelidikan, dan firasat Abel bahwa Abel perlu mencurigai si Mila kan tuh orang yang punya masalah sama Elisya. Jadi Abel memutuskan untuk mengecek isi tasnya Mila, dan yap Abel menemukan barang misterius itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔
HumorMENDING LU PADA BACA VER 2 DEH, DI SANA LEBIH BAEK DARIPADA DISINI!! (Berhubung saya malas revisi, jadi saya membuat STMP ver.2. Di sana penulisannya lebih baik, 60% since tidak ada di STMP ver.1. Tapi tenang saja alurnya masih sama Shay. (Tapi ters...