21-Awal dari Rencana

6.7K 551 6
                                    

Embun pagi membuat hawa semakin sejuk, ditambah sang fajar masih malu-malu menampakan dirinya.

Beberapa santri pada sibuk membersikan halaman pondok, seperti setiap harinya.

Elisya, gadis itu sendiri sebenarnya malas tapi mau gimana lagi? Orang tadi abis subuh mau tidur udah diubrak-ubrak sama Nisa.

Tangan yang menenteng sapu lidi dengan sesekali menguap, matanya juga terasa berat. Sungguh ia masih sangat mengantuk.

"Gua balik kamar aja ya? Sumpah gua ngantuk banget!" gerutu Elisya lemas seperti tidak bertenaga sambil  mengucek matanya yang tampak berat.

Zahra yang melihat kondisi Elisya memperhatinkan juga sebenarnya kasihan. Kantung mata hitam milik Elisya menjadi bukti bahwa gadis itu kurang tidur.

Tapi apalah Zahra hanya seorang santri yang tak pantas menyuruh Elisya istirahat. Setatus anak kyai tidak membuat Zahra sombong dan semenah-menah, dia juga harus mematuhi peraturan yang ada seperti saat ini membersikan halaman.

"Jangan atuh El, nanti ketahuan sama Mbak Nisa bisa bahaya." Fina mencegah niat awal Elisya.

"Tapi gua ngantuk berat!" decak kesal Elisya dengan tubuh bener-bener lemas.

"Emang anti kemarin tidur jam berapa?" tanya Mila melirik sekilas Elisya semantara tangannya masih sibuk menyapu.

"Jam satu. Karna gua gak bisa tidur dengan keadaan kenyang," mata Elisyasudah tertutup rapat. Ia sudah tidak peduli lagi jika kalau nanti ia mendapatkan hukuman. Yang terpenting sekarang ngantuknya harus segera terobati.

"Duh terus gimana? Kasihan juga mbak El," Zahra bersuara menatap cemas Elisya.

"Gua pura-pura pingsan aja ya, biar dibolehin tidur?" ide gila Elisya mendapatkan pelototan dari ketiga temannya.

"Gila!" pekik Mila tak setuju sama ide Elisya.

Mau tak mau Zahra mengambil langkah ini. "Mbak El, yaudah sampean istirahat sana, gak pa-pa nanti Zahra izinkan sama mbak Nisa. Jangan lupa kunci pintunya takutnya keamanan lain yang mengecek." itulah wijengan dari Zahra.

Tanpa aba-aba Elisya langsung berjalan lunglai menuju kamarnya.

"Ning, kok anti izinin Elisya sih?!" protes Mila menatap sebal Zahra.

"Udah gak pa-pa Mbak, kasihan juga sama Mbak El dia sepertinya ngantuk berat," tutur Zahra lembut.

"Tapi enggak kasihan sama Fina yang harus menyembunyikan perasaannya dari dia?" timpal Mila ada segurat emosi dimatanya.

"Mil, anti ini kunaon? Ini gak ada sangkut pautnya sama perasaan ana dengan ngantuknya El. Lagian ana sadar kok, ana ini siapa? Ana hanya mengaguminya tidak lebih." kata Fina menatap sayu Mila.

"Udah deh jangan bohongi dirimu sendiri Fin. Ana tau perasaan mu sama gu_" kata Mila yang langsung dipotong oleh  Fina.

"CUKUP! Cukup Mil cukup, jangan lanjutin. Jangan buat mereka tau." pinta Fina dengan mata mulai memanas.

Zahra sendiri gak tau harus gimana jadinya ia hanya menyasikan berdebatan 2 gadis itu.

"Udah udah jangan berantem," lirai Zahra menatap gantian kedua gadis berbeda warna jilbab tersebut.

"Siapa yang berantem?" pukas Mila gantian menatap Fina.

Fina mengedikan bahu, "Gak tau,"

"Ehh eh yaudah pokoknya Zahra minta maaf masalah tadi!" putus Zahra yang sudah berlalu pergi menemui Nisa.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang