04-Hari jadi

15.6K 1.1K 18
                                    

Tok,,Tok,,Tok,,

"Putri, bangun!" suara gedoran pintu yang terus saja diketuk membuat sang empuh merasa terganggu.

Elisya mendengus kesal. Ia naikan selimutnya hingga menutup kepala. "Erg,, buka aja kali Bun. Orang gak dikunci kok,"

Cklek,,

Pintu kamar terbuka memperlihatkan wanita paruh baya menenteng peralatan make up dan beberapa dress.

Lia menatap tajam anaknya yang terbungkus dengan selimut. Bisa-bisanya gadis itu masih tidur. Lia tidak habis pikir dengan kelakuan anak perempuannya.

"Astagfirullah,, PUTRI!!"

Mendengar teriakan sang ibu negara membuat Elisya membuka matanya lebar-lebar. Ia tidak mau mendapatkan siraman qolbu untuk saat ini. Karena itu akan membuat mood-nya berantakan. Namun Elisya masih bersembunyi dibalik selimut tebal.

"Kamu ini anak perawan! Udah mau magrib juga masih aja ngebo. Cepet sono mandi sholat magrib abis itu Bunda make up in," Lia terus mengomel dengan membuka kasar selimut Elisya. Mengomel sudah menjadi sifat seorang ibu ketika melihat sang anak tidak benar kelakuannya. Jadi Lia tidak akan berhenti mengomel sampai anaknya sudah berhasil membuatnya tidak merasa jengkel lagi.

Netra Elisya menatap sang ibu yang tengah menatapnya tajam, sedangkan mulut sang ibu terus mengomel. Baru bangun tidur kupingnya sudah panas, Elisya tidak suka itu. Mau protes, yang ada tidak selesai-selesai ibunya mengomel. Lebih baik ia diam saja dan pelan-pelan berjalan menuju kamar mandi.

***

Waktu menunjukan jam 18.30. Elisya melipat mukenah-nya lalu meletakan mukenah itu diatas sajadah yang berada di atas kasur. Mandi sudah, sholat sudah, saatnya kembali rebahan. Berhubung perutnya belum mengeluarkan tanda lapar maka ia akan makan nanti saja.

Namun sepertinya kegiatan rebahan-nya akan gagal, setelah melihat kehadiran ibunya yang masuk ke kamarnya begitu saja dengan membawa alat make-up dan beberapa gaun. Sangat rempong.


“Bund mau ngapain?”

Lia tidak segera menjawabnya. Wanita paruh baya itu meletakan peralatan makeup-nya di atas meja rias. “Bunda ingin makeup-in kamu lah, apa lagi?”

Elisya tidak salah denger kan? Makeup? Bundanya itu tidak salah ngomong? Tumben banget bundanya mau ribet makeup-in dirinya.

Lia tidak peduli reaksi sang anak yang tampak tidak terima. Wanita itu menggiring sang putri untuk duduk didepan meja rias. “Duduk yang tenang.”

Elisya menatap sang ibu dari pantulan cermin. “Bunda ngapain makeup-in aku?" Gadis itu ingin berdiri namun Lia tidak membiarkan Elisya untuk berdiri.

Wanita itu menahan pundak Elisya agar tidak bisa berdiri. "DIEM! Kamu lupa kalo ini hari jadi sekolah?!" Lia menatap tajam anaknya.

Kening Elisya mengerut. "Hari jadi sekolah?" Ia tampak berfikir sejenak. "Oh itu, tapi kenapa harus pake gituan?"

Lia tersenyum paksa menatap putrinya. Ia harus sabar menghadapi sifat lemot sang putri. Mau bagaimana pun Elisya adalah benih hasil cinta dengan Lio. "Iya agar lebih cantik Putri! Kan ini acaranya sedikit formal jadi harus pake drees," Lia berkata dengan memakaikan founddation di pipi kiri Elisya lalu diratakan ke seluruh wajah.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang