1 minggu sudah berlalu, 1 minggu itu juga Elisya tidak boleh kemana-mana dan itu adalah sebuah hukuman dari Lio dan Lia yang diberikan untuknya.
Gadis itu sudah sangat bosan. Gak boleh sekolah, gak boleh keluar rumah, dan gak boleh ketemu Nasyah. Ini bener-bener nyiksa dia. Mending mondok dari pada harus di rumah seperti di penjara.
Masalah kaki? Kaki gadis itu sudah sembuh 2 hari yang lalu.
Dan sekarang Elisya sedang rebahan di sofa depan tv yang berada di ruang tengah.
"Bun... Putri sangat bosan.. Kaki Putri juga sudah sembuh," rengek Elisya pada Lia yang lagi mengupas apel di sampingnya.
"Terus?" balas Lia tak mengalikan pandangan dari apel yang sedang ia kupas.
"Jadi.. Bolehkah anak mu ini keluar rumah dan bersekolah? Asal Bunda tau, anakmu ini bisa mati kaku di rumah. Ini sangat sangat membosankan.." tangan Elisya melambai lambai ke udara dengan nada bicara yang baku.
"Enggak!" jawab cepat Lia yang masih tak mengalikan dari apel.
"Yaa.. Bun bolehin ya? Ya? Ya? Janji deh Putri gak ikut di geng itu lagi, janji?" Elisya menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Lia.
Lia menatap sekilas jari kelingking Elisya, lalu beralih diwajah anaknya yang sedang memohon padanya.
Mau gimana pun ia enggak tega melihat Elisya seperti ini, tapi ia juga ingin anaknya gak kenapa-kenapa.
"Janji?" tanya ulang Lia.
"Janji Bun." antusias Elisya. Keknya bakal luluh nih Bunda.
"Oke." Lia menganguk kepala dan Elisya langsung bersorak girang.
"Beneran Bun? Beneran Putri boleh keluar rumah?" mata Elisya berbinar, tapi seketika layu mendengar jawaban Lia.
"Enggak."
"Yaa.. Bun... Bunda jahat mengurung Putri, percuma kalau gini kembali ke rumah."
"Salah lu kenapa jadi cewek bandel banget."
"Yee.. Bunda dulu juga bandel, gak inget? Wajar dong Bun kalau Putri juga bandel. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
Lia tidak menggubris celotehan Elisya, wanita paruh baya itu mulai memakan apel yang ia kupas.
"Bun, ceritain dong masa mudah Bunda waktu ketemu Ayah. Kan kata Bunda, Ayah itu badboy banget, lah Bunda juga badgirl. Critain dong Putri kepo nih," desak Elisya memasang wajah memohon agar sang ibunda luluh.
Lia menyipitkan mata menatap Elisya. Bukan apa, tapi ia sedikit malu mengingat masa lalu.
"Males."
Lengkungan di sudut bibir Elisya mendadak turun ketika mendengar jawaban Lia.
"Yaaa... Ceritain dong Bun... Pliss... Putri kepo nih," desak Elisya sambil mengapit lengan Lia.
Fyuuu
Lia menghembuskan nafas pelan. Tak apa lah, itung-itung untuk mengenang masa itu dan bisa dibuat pelajaran untuk Elisya.
"Bunda sama Ayah lu dulu itu satu SMA,"
Elisya langsung menegakan punggungnya, dan mulai menjauhkan tubuhnya dari Lia. Mendengarkan dengan seksama cerita sang ibunda.
"Ayah lu itu tak perna absen yang namanya dari ruang BK, dan itu membuat Bunda tak suka sama kepribadian Ayah lu. Yaa.. Walaupun Bunda juga badgirl tapi Bunda masih tergolong bad yang baik."
"Tapi Bunda suka kan sama Ayah? Gitu-gitu kan Ayah juga ganteng," goda Elisya.
"Big No! Banyak temen Bunda lebih ganteng dari Ayah lu, contohnya bapaknya Nathan. Seganteng apapun, dan sekaya apapun yang kerjaannya cuman ontang-anting suka malakin adek kelas dan semenah-menah, tetep aja Bunda benci itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔
HumorMENDING LU PADA BACA VER 2 DEH, DI SANA LEBIH BAEK DARIPADA DISINI!! (Berhubung saya malas revisi, jadi saya membuat STMP ver.2. Di sana penulisannya lebih baik, 60% since tidak ada di STMP ver.1. Tapi tenang saja alurnya masih sama Shay. (Tapi ters...