06 - Ghibah Gus Rifqi

13.4K 1K 3
                                    

Sudah tujuh hari Elisya berada di pesantren. Sejauh itu tidak ada kendala, mungkin ia sedikit kewalahan mengikuti kegiatan yang ada di pondok.

Untung saja dirinya mudah beradaptasi, jadinya ia gampang mencari teman. Elisya akui santri-santri disini mereka sangat baik dan ramah kepadanya, semoga saja mereka tidak menyesal pernah berteman dengan dirinya.

Matahari berada tepat diatas kepala, disiang ini matahari begitu teriknya. Elisya hanya rebahan di asrama, dengan kipas angin ia nyalakan. Padahal disiang ini ada jadwal madrasah.

Namun sepertinya keadaan tidak ingin membiarkan hidupnya tenang, terdengar ketukan pintu dari luar asrama.

Tok,,tok,,tok,,

"Argg,, siapa lagi sih?!" ia berdecak pelan seraya bangun membuka pintu asrama.

Pintu terbuka memperlihatkan gadis dewasa tengah menatapnya garang. Gadis itu salah satu senior yang bertugas membangunkan atau menggobrak santri-santri yang malas bermadrasah atau santri yang tidak sholat.

Elisya sudah tidak asing lagi dengan senior itu. Senior itu bernama Nisa, salah satu senior galak yang ada di pesantren. Dan juga salah satu senior yang paling sering menghadapi gadis itu, jika Elisya tengah kumat bandelnya.

Elisya mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa?" tanyanya dengan sesekali menguap depan senior.

"Bukannya madarasah malah tidur, cepat sana madarasahan sudah jam dua ini! Atau gak saya hukum?!" Nisa menatap Elisya tajam, namun bukannya takut Elisya malah terus-menerus menguap didepannya.

"Bodoh!" Elisya menutup pintunya dan tidak menanggapi Nisa yang sudah mengamuk diluar.

Elisya masih mengantuk, pasalnya tadi jam dua dini hari sudah di bangunkan sama senior untuk sholat tahajud, dan ia tidak diperbolehkan tidur sampai subuh oleh mereka. Setelah subuh juga Elisya masih tidak dapat tidur kembali, dikarenakan ia harus sekolah. Untung saja tadi sekolahnya ada acara jadi dipulangkan lebih awal.

Baru kali ini ia memiliki adek kelas yang sifatnya mengalahkan senior. Nisa berdecak kesal penuh emosi lantas ia langsung membuka pintu asrama dengan kencang, dan di dalam mendapati Elisya yang tengah bergulat dengan sarung yang dijadikan selimut. Dengan rasa kesal, Nisa menyeret Elisya agar bangun.

"Arggg!!" Elisya mendengus kasar kala tangannya ditarik paksa oleh Nisa. "Lo bisa sopan gak sih?! Percuma mondok berlama-lama kalo akhlak nya masih sama saja kek preman!" ia berdiri dan menatap Nisa dengan kemurkaan, Nisa juga membalas tatapan Elisya tidak kalah sengit.

"Hei! Kamu ini hanya adek kelas, harusnya kamu nurut! Masih mending saya bangunin, kalo kamu dibangunin sama ustadzah yang killer, kelar hidup mu." emosi Nisa mengebuh-ngebuh menatap sengit Elisya yang suka sekali memancing emosinya.

Elisya terkekeh sinis. "Mending apanya? Lo aja kek macan betina yang lagi PMS kok, garang banget!" desisnya menatap tajam Nisa.

Sudah cukup, Nisa tidak kuat lagi. Lebih baik ia menyerahkan anak ini ke ustadzah.

"Ikut saya temui ustadzah Halimah, biar beliau kasih hukuman ke kamu." Nisa langsung menyeret kasar pergelangan Elisya, membuat sang empuh mengerang kesakitan.

Banyak santri yang memandang Elisya penuh tanya. Dalam benak mereka, gadis itu membuat ulah apalagi sampai bikin Nisa menyeretnya.

Elisya mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Nisa, namun nihil. Cengkeraman perempuan itu sangat kuat, sudah dipastikan bahwa pergelangan tangannya kini sudah memerah.

Mereka sudah di depan kantor keamanan, melihat bangunan itu saja membuat Elisya bercucuran keringat. Ia trauma karena pernah kemarin ia dihukum menghafalkan juz 1-3.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang