44- Lentera sudah padam

4.4K 575 133
                                    

Semenjak kejadian kemarin semua orang jadi tau siapa Utri sebenarnya, tapi mereka belum tau jika Utri adalah El.

Walaupun begitu Elisya masih tetap menjadi gadis cupu. Dan sekarang gadis itu tengah berjalan di koridor sekolah, banyak orang yang tengah membicarakannya.

"Eh tuh cupu bener anak pemilik yayasan?"

"Gak tau, gua denger-denger sih iya."

"Masak sih? Gua ko gak percaya ya,"

Kuping Elisya panas dengernya, tapi ia malas itu menghampiri mereka. Buang-buang waktu.

"Dosa gua berkurang, mantep ghibahin aja teros. Pahala gua bertambah, dosa gua berkurang. Ah mantap!" celetuk Elisya yang sengaja di keraskan dengan pandangan lurus kedepan.

Sontak aja dua cewek itu yang ghibahin Elisya mendadak jadi diam.

Elisya memasuki kelas, dan tiba-tiba kelas jadi hening ketika Elisya masuk.

Gadis itu memandang semua orang datar, lalu meletakan tas di atas mejanya.

"Ngapa diem? Lanjutin aja ghibahin gua, biar dosa gua berkurang." celetuk Elisya.

"Dih GR banget lo!" tukas Andin, si cewek paling modis di kelas ini.

"Kenyataan kali Ndin," balas Elisya seraya menyumpal telingahnya menggunakan airphone.

Cewek maupun cowok di kelas itu pada ngumpul membentuk lingkaran di depan. Dengan tema ghibah kali ini tentang Elisya, berita tranding topik sekanario sekolah.

Rifqi, cowok itu tidak ikut kumpul tapi cowok itu sibuk membaca buku. Nasyah? Cewek itu lagi berselfi riah bersama Dio.

Berhubung kelas ini free, alias jam kosong karena bu Nindi anaknya lagi sakit demam jadi bu Nindi tidak masuk membuat kelas ini makin panas akan perghibahan.

"Berarti bener dong tuh cupu anaknya pak Lio," keukuh cewek berkaca mata, panggil saja Nina.

"Eh gua kan kemarin tanya ke bokap kalau pak Lio itu punya anak cewek kembarannya alhamarhum Putra," celetuk Celsi.

"Hah? Bukannya kembarannya Putra itu El?" Dilla menyeritkan dahi.

"Atau jangan-jangan mereka kembar tiga?" Tomi angkat bicara mewakili semua orang.

"Masak sih? Tapi kalau kembarannya Putra itu El, gua percaya banget mengingat wajah mereka sangat mirip. Tapi kalo tuh cupu, sumpah gak ada mirip-miripnya. Cocoknya tuh jadi babu mereka ketimbang kembaran." kata Celsi.

Sayup-sayup Elisya masih mendengarkan pembicaraan mereka, sangking kerasnya mereka sampai Elisya yang pakai airphone masih denger.

Elisya melepaskan aerphonenya lali tersenyum sinis mendengarkan Celsi membicarakannya.

"Nas, belum tau aja dia bertapa miripnya gua sama bang Putra." celetuk Elisya memanggil Nasyah.

Nasyah yang mendengarkan celetukan Elisya, gadis itu tersenyum.

"Bener Ut, mereka tak tau apa-apa." balas Nasyah.

"Bener Bos!" sambung Nathan mengacungkan jempol ke arah Elisya.

"Halah mirip dari mana? Dari pantat ayam!" tukas Andin du susul gelak tawa seisi kelas.

"Atau jangan-jangan nih cupu anak pungut lagi," celetuk Nina membuat seisi kelas kembali rameh.

"Hahaha kalau itu sih gua setuju," tukas Dilla.

"Heh! Mau gua anak pungut kek atau gak, ribet banget sih hidup lo pada. Heran gua, lo pada waktu lahir di adzanin apa di bacotin sih! Lemes banget tuh mulut,” Elisya berdiri dengan melipat tangan di depan dada.

Si Tomboy Masuk Pesantren? [WES RAMPUNG]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang