Tiga jam sebelumnya,"Lo ngapain sih malam-malam ngajakin gue nongkrong di tempat gak jelas gini?"Zidan, manusia game satu itu merengut ketika motor yang dikendarai Abhi berhenti dipinggiran kota dengan suasana sedikit sepi dan gelap.
"Banyak nyamuk nih,"suara Zidan kembali terdengar. Menepuk-nepuk udara tempat nyamuk berterbangan yang sepertinya begitu semangat menyerbu bagian tubuh Zidan yang terbuka.
Abhi menyulut rokok sebelum menjawab."Nungguin musuh."
"What? Jadi lo ngajakin gue kesini buat perang? No no no, gue pulang sekarang juga,"Zidan yang semula duduk menyender pada sisi motor Abhi, berdiri tegak, bersiap pergi.
Gila aja ikut Abhi berantem, bisa bonyok nih muka mulus gue. Abhi mengelus wajah mulus bak porselen cina dinasti ming itu dengan mimik muka seram.
Tadi, sewaktu Abhi menculiknya dari cafe tempat biasa nongkrong, lelaki keren sangat pelit senyum itu hanya berkata kalau butuh teman untuk kesuatu tempat. Zidan manut saja. Maklum, jiwa sosialnya sangat terbatas. Jadi hanya Zidan sahabat sehidup semati yang setia mendampingi dalam segala situasi dan kondisi. Mana tahu kalau tempat yang dimaksud Abhi tadi adalah sarang penyamun.
"Mau kemana?"Abhi mencekal leher Zidan dengan lengannya. Mengunci Zidan yang sudah siap kabur. Alhasil Zidan hanya bisa jalan ditempat.
"Le-pas... Uhuk... Gue keselek... Woy cebong kampret,"Zidan memukul-mukul lengan Abhi yang mengunci lehernya sambil terbatuk. Karena tubuhnya lebih kecil dibanding Abhi, jadi makhluk jangkung satu itu sudah pasti bisa menangkapnya dengan mudah.
"Lo disini aja. Jangan kemana-mana. Gue gak ngajakin lo ikut berantem. Cuma minta temenin doang."
"Iya , i-ini lepasin dulu,"Zidan kembali menepuk lengan Abhi. Mulutnya megap-megap seperti ikan kekurangan air."Se-sesek guee,"
"Janji dulu jangan kabur!"
"Iyeee kampreeet!"
Abhi melepaskan cekalannya. Zidan bernafas lega dan langsung memutar badan. Kakinya terayun kedepan, menendang tulang kering dibetis Abhi yang sayangnya kebiasaan Zidan satu itu sudah dihafal oleh Abhi ketika sedang kesal. Oleh karenanya, Abhi langsung bergerak mundur dan membiarkan Zidan menendang udara kosong sambil mengumpat sumpah serapah pada Abhi.
Abhi tertawa kecil melihat tingkah konyol Zidan yang masih gencar mengincar tulang keringnya untuk ditendang namun tak bisa.
"Eh ada telpon masuk,"Abhi meraih ponsel di saku celana diantara gerakan maju, mundur menghindari tendangan Zidan. Matanya membulat melihat nama si penelpon."Dari cinta sepihak lo nih,"tunjuknya pada Zidan.
Zidan menghentikan aksi tendang menendangnya begitu membaca nama di layar ponsel Abhi. Jennika. Zidan menelan ludah.
Nama itu adalah nama satu-satunya cewek yang membuat mata Zidan keliyengan dan jantung berdebar tidak normal setiap kali mereka bertemu. Zidan menyadari bahwa itu adalah gejala ketertarikan menggebu yang sebentar lagi akan bermuara pada cinta kasih pada sosok model cantik Jennika Anastasya.
Namun sepertinya ketertarikan itu hanya sampai disitu saja, tidak akan sampai pada muara cinta kasih. Cewek cantik itu malah getol mendekati Abhi dan bahkan rela dijadikan bahan taruhan oleh mantan pacarnya hanya supaya bisa menjadi pacar seorang Abhimanyu.
Hati Zidan sakit bak tertusuk sembilu begitu mengetahui fakta itu. Dirinya langsung patah hati tingkat internasional. Zidan ngambek tiga hari tiga malam. Tidak mau bertemu dan menolak untuk bicara dengan Abhi. Meski Abhi sudah menjelaskan kronologi mengapa Jennika sampai bisa menjadi pacarnya. Pacar sepihak lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...