16. Masalah

3.1K 226 14
                                    

Hollaa gaaes😁
Salam kenal buat new followers😘
Banyakin votenya dong gaaess, biar authornya rada seneng😁😁

_____________

Suasana balai desa hari ini tidak seperti hari-hari biasa. Kalau pada jam menjelang waktu duhur beberapa aparat desa sudah banyak pulang kerumah masing-masing untuk istirahat ishoma, hari ini mereka berdiri dibarisan paling depan. Menghalau amukan warga yang tak terbendung ingin memukuli tersangka penyebab dari kekacauan hari ini.

Murid-murid sudah dipulangkan. Berganti dengan kedatangan warga yang semakin banyak berdatangan mengerumuni balai.

Pak kades berbicara didepan penuh wibawa. Mencoba menasehati warganya untuk tidak bermain hakim sendiri. Pak kades juga menghimbau pada warganya untuk tenang, karena babinsa dan beberapa aparat polisi masih sedang dalam perjalanan menuju balai.

"Gak perlu tunggu polisi pak kades, langsung saja bakar,"teriak salah satu warga memprovokasi.

"Betuull!!"

"Mereka bawa penyakit pak kades,"

"Desa kami jadi kotor,"

"Betul pak, betul!!"teriakan kembali terdengar. Batu kerikil terlempar pada dua manusia yang terduduk dilantai.

Si wanita menangis sesenggukan. Sedang si laki-laki tak berani mengangkat wajahnya barang sedetikpun.

"Tenang, tenang. Jangan main hakim sendiri, mari kita hormati hukum yang ada,"pak kades berbicara lantang."Kita juga harus mendengarkan penjelasan dari mereka. Biarkan mereka mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."

"Huuuuuuuuuu, kelamaan paaak,"

"Semuanya sudah jelaaass. Mereka kedapatan berbuat mesum didalam rumah."

Batu-batu kembali terlempar. Aura kegeraman terpancar dari setiap wajah warga. Tak sedikit yang tertawa sinis diikuti tatapan jijik melihat dua tersangka yang dianggap telah berbuat mesum disebuah rumah pada pagi menjelang siang.

"Tungtungna nyekel eta oge,"

"Heuh bener, meresahkan warga saja."

"He'em teh, gatel ini mata setiap kali lihat laki-laki itu nyosor gitu aja kedalam rumah. Teu era,"

"Eta sami pekeun Elis. Hanteu isin. Kegatelan. Urat malunya sudah putus mungkin,"

"Umpami anjeun gatel pengen gituan kenapa gak langsung nikah saja sih? Malah main zina. Astaghfirullah,"

"Namina oge randa teh, kesepian. Butuh dibelai. Mau nikah lagi gak dapat ijin si isteri tua mungkin. Tah eta, main belakang aja. Aman. Tanpa ikatan. Hasrat bisa tersalurkan kapan saja,"

"Lah? Mang  Elis kabogoh status sapertos abdi?"

"Cenah kitu,"

"Astaghfirullah, maksudnya si Elis itu jadi wanita simapanan? Elis, Elis, elih teuing. Raray geulis pisan kok mau-maunya dijadikan simpanan."

"Kali biasa teh, statusnya Elis oge kitu. Wajar saja kalau dia cuman dijadikan simpanan."

"Hush, hanteu kitu. Menjadi wanita simpanan itu bukan dilihat dari status dia lajang atau tidaknya. Di tivi banyak kok wanita-wanita lajang juga mau-mau aja dijadikan simpanan. Semua itu tergantung pada pilihan diri masing-masing. Elis janten sapertos anu ya, sabab memang sudah menjadi pilihan na. Walau pada akhirnya pilihan leres hanteu leres."

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang