44. Make a Baby

6.9K 278 19
                                    

Acara baru selesai dan ballroom hotel benar - benar sepi ketika jarum jam berada di angka 00.15. Sungguh hari yang melelahkan sekaligus membahagiakan.

"Mau kemana?"tahan Abhi pada Ayra.

"Mau kekasur. Mau rebahan. Remuk semua badan aku."

"Rebahan aja. Jangan sampai tidur,"ancam Abhi.

Ayra tersenyum geli lalu menghempaskan tububnya diatas kasur king size yang atasnya dipenuhi kelopak mawar merah. Bukan hanya diatas kasur. Setiap sudut bridal suit hotel ini dihiasi oleh bunga dan lilin aromatherapy. Khas kamar pengantin baru.

Ayra memejamkan mata. Hampir saja terbuai oleh kantuk kalau saja tidak mendengar suara shower dari arah kamar mandi. Ayra melompat bangun. Tiba - tiba saja menjadi panik.

Abhi mandi? Mau ngapain? Dia beneran mau itu sekarang?

Tangan Ayra mencengkram sprei. Kenapa jadi gugup dan gelisah seperti ini? Kemarin, sewaktu di apartemen Zidan dia tidak seperti ini. Ayra duduk dalam gelisah.

Tak berapa lama, Abhi keluar dengan lilitan handuk dileher. Rambutnya yang acak - acakan dan basah seketika mendebarkan dada Ayra. Dadanya yang bidang juga lipatan otot perut membentuk roti sobek membuat Ayra susah payah menelan air liurnya sendiri.

Ini sebuah keterpesonaan atau apa?

"Kenapa?"tanya Abhi berjalan mendekat."Kali ini aku yang telanjang dada sendiri."

Haruskah dia berlari dan juga mandi seperti yang dilakukan Abhi? Tadi, dia hanya membersihkan make up dan berganti pakaian. Tubuhnya belum menyentuh air sedari pagi.

"Kenapa?"ulang Abhi karena melihat Ayra hanya bengong menatapnya.

"Gak dingin?"tanya Ayra disertai cengiran lebar."Ac nya diputar full."

Abhi menyeringai. Tersadar bahwa isterinya sedang gugup. Tanpa berpikir lagi, Abhi melompat. Merangkul dada Ayra hingga terpekik kaget dan tubuhnya terhempas ke kasur. Kini, mereka sedang dalam posisi Abhi berbaring menyamping dan Ayra berbaring terlentang dengan lengan Abhi mengunci tubuhnya.

"Ak … aku mau mandi dulu. Lengket semua badan."

"Gak usah. Nanti saja mandinya,"Abhi beringsut mendekat. Membenamkan wajahnya di curuk leher Ayra.

"Ya ampun, Mas. Aku bau. Ini juga, geli nafas kamu dihembusin ke leher aku."

Abhi mendongak bangun. Menyanggah kepala dengan satu tangan."Coba ulangi?"pintanya mengulum senyum.

"Apanya?"

"Panggilan baru kamu,"

"Mas,"

Abhi nyengir lebar. Memeluk Ayra gregetan dan menggigit gemas pipi, bibir, dan apa saja yang ada pada isterinya itu. Akhrinya setelah sekian purnama dia dapatkan juga panggilan itu.

"Oh iya, kok tadi aku gak lihat Jennika? Dia gak kamu undang? Damar juga. Kamu undang mereka kan?"

"Sudah sayangku."

"Terus … kenapa mereka gak datang?"

Abhi mengangkat bahu cuek. Dia sedang sibuk mendusel - dusel Ayra. Sesuatu yang sangat diinginkannya sejak lama tanpa harus terganggu oleh pihak ketiga dan bayang - bayang dosa yang terkadang melintas sesaat ketika dirinya sedang berduaan dan menyentuh Ayra.

Kali ini, dia sudah bebas untuk melakukan itu tanpa harus berburu dengan waktu dan terbayangi dosa. Mereka sudah sah. Sudah halal untuk melakukan sesuatu yang bahkan lebih dari sekedar ndusel - ndusel, sentuh - sentuh, kecup - kecup juga apapun itu yang berbau mesum. Sepuasnya. Sesuka hatinya. Kapan pun dia mau dan ingin.

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang