Maaf baru bisa up😣
Hepi sat nite😚
Ditunggu votemennya kaka😘😘________________
Ayra mengendap - endap masuk melewati pintu belakang. Bergegas ke ruang loker. Memasukkan tas kedalam lalu mengganti seragam.
Sial. Gara - gara semalam tidak tidur menangisi si brengsek Abhimanyu, dia sampai gundah dipagi hari. Haruskah pergi kerja atau mengulangi kegiatannya semalam suntuk meringkuk didalam selimut dengan dua pak tissue.
Jam delapan pagi, Ayra masih stay diatas tempat tidur. Terlentang dengan pandangan kosong menatap langit - langit kamar. Air matanya akan mengalir secara otomatis bila mengingat kejadian menyakitkan sekaligus menjijikkan semalam. Ditambah dengan pernyataan Damar tentang dirinya yang menjadi bahan taruhan balapan. Juga perkataan Jihan di rooftop silih berganti bergulir memenuhi isi kepala.
Kamu jahat, Bhi. Aku benci kamu.
Ketukan pintu dari Ayah yang menyuruhnya bangun dan siap - siap untuk pergi bekerja tak dihiraukannya. Ayra memutuskan bahwa hari ini dia tidak akan kemana - mana. Dia akan didalam kamar, menangis sepuasnya sampai air matanya habis.
Namun setelah melalui renungan panjang dipagi hari, bersedih meratapi nasib seperti ini tidak akan bisa memperbaiki keadaan. Dia tidak boleh lemah. Tidak boleh terlihat kalah. Dia harus bangkit, kalau perlu akan dia balas perbuatan Abhi karena sudah berani menyakitinya.
Lancang sekali, dia pikir dia siapa? Cih,
Ayra mengangguk optimis. Seperti mendapat kiriman kekuatan dari the avengers, Ayra bangkit. Membasuh diri dikamar mandi. Mengendarai Micky menuju resto dengan strategi pembalasan dendam untuk Abhi. Atau kalau perlu dia akan meminta bantuan Jihan untuk menyusun strategi yang paling kejam dalam sejarah percintaan.
Sayang, sesampainya di resto Ayra justru dikejutkan oleh jejeran mobil mewah yang terparkir didepan resto. Belum lagi karangan bunga dengan ucapan selamat atas ditunjuknya GM baru sebagai pimpinan baru resto memenuhi pintu masuk utama.
Ayra berjalan membungkuk. Sebisa mungkin tidak menimbulkan suara sekecil apapun agar kedatangannya tidak mengundang perhatian dari teman kerja yang sudah terlebih dulu berbaris tertib. Mendengarkan orang - orang berpakaian jas rapi yang Ayra tebak pastilah dari pusat sedang memberi briefing.
"Sst, baru datang?"pelotot Jihan berbisik melihat Ayra berdiri disebelahnya membenarkan name tage.
"Kesiangan,"jawab Ayra balas berbisik.
"Ya ampuun, Ra. Mata kamuuu,"Jihan kaget melihat kondisi kacau Ayra.
"Kenapa, kenapa?"Ayra meraba matanya sendiri.
"Bengkak gitu, kayak bola bekkel,"Jihan menahan tawa dengan menutup mulut."Muka kamu juga pucet kayak mayat hidup. Hancur. Hancur banget bentuk muka kamu, Raaaa. Sumpah."
Ayra mendengkus.
"Habis nangis kejer lama ditelpon, masih dilanjut juga nangisnya sampai pagi?"
Ayra tak menjawab. Mengelus - ngelus matanya yang memang terasa sangat berat dibagian kelopaknya. Dia tidak sempat berkaca tadi, tidak sempat memakai riasan juga mengingat waktu yang sangat mepet. Jadi tidak tahu keadaan wajahnya seperti apa. Jihan bilang hancur banget. Benarkah sehancur itu? Ayra tiba - tiba merasa malu dan tidak PD. Ingin segera pergi ke loker, memakai bedak dan memoles bibirnya dengan lipstick.
"Haruskah pakai kacamata hitam?"tanya Ayra meminta saran pada Jihan.
Jihan mengangguk."Aku ada di loker. Ssstt, liat deh kedepan, GM baru kita Masha Allah, Raaaaa gantengnya bukan main,"Jihan menyikut Ayra. Meminta sahabatnya itu untuk melihat kedepan sebentar karena mulai tadi Ayra hanya sibuk sendiri merapikan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...