Hari yang ditunggu - tunggu telah tiba. Libur akhir tahun sudah didepan mata. Semua karyawan yang jumlahnya kurang lebih dari lima puluh orang telah bersiap menaiki mini bus yang akan membawa mereka menuju pelabuhan Kaliadem, Muara Angke. Dari pelabuhan, mereka akan menggunakan kapal feri untuk sampai di kepulauan seribu.
Tiga mini bus dengan fasilitas highclass meluncur menuju pelabuhan. Sesampainya dipelabuhan, kapal feri sudah merapat di dermaga. Menunggu satu persatu penumpang menempati kursi - kursi didalamnya sampai penuh.
Cuitan burung camar melebur bersama deburan ombak pagi. Matahari mulai mengeluarkan teriknya di hari cerah tanpa mendung. Beberapa orang yang menunggu giliran untuk naik ke atas kapal tampak curi - curi pandang pada sosok yang menyender pada besi pagar dermaga.
Gayanya yg cuek dengan kacamata hitam, masker menutupi sebagian wajah dan topi berwarna senada cukup menarik perhatian. Tak jarang ada yang saling sikut sambil berbisik penuh tatapan kagum ketika melewatinya. Ada beberapa pula yang membungkuk sopan begitu mengenali bros kecil tersemat dibawah krah berlogo salah satu nama restoran terkenal di Jakarta.
"Pagi, pak."
"Selamat pagi, pak."
Yang disapa hanya menjawab sapaan itu dengan hemm atau anggukan kecil.
"Ra, Ra, itu pak Gan, kan?"Jihan menepuk tangan Ayra yang menggamit lengannya.
"Mana?"
"Itu didepan sana. Katanya mau ke Lombok, tapi kok malah disini? Emang kapal ini juga bisa bawa penumpang sampai Lombok, ya?"
Ayra mengernyit mengikuti arah pandang Jihan. Benar, itu memang Abhi. Sedang berbicara dengan salah satu teman kerjanya.
Bibir atas Ayra berkedut menahan senyum. Olahraga jantung di pagi hari sepertinya juga sudah dimulai.
Masih diingatnya perdebatan alot dengan Abhi perihal liburan hari ini. Ayra bersikeras ikut, sementara Abhi ngotot ingin pergi ke lombok seperti rencana sewaktu di KKN. Perdebatan itu bahkan berlanjut di tempat kerja dan tetap bersikukuh dengan keinginan masing - masing. Ayra pergi ke kepulauan seribu, dan Abhi pergi ke Lombok.
Akhirnya jurus saling diam diluncurkan. Mereka tidak berkomunikasi baik lewat telepon atau saat bertemu langsung di tempat kerja. Hingga tadi malam, setelah sholat magrib, Ayra melihat story Zidan dengan dua tiket penerbangan kelas bisnis menuju Lombok.
Emosi Ayra meledak. Tak tertampung lagi. Berpuluh - puluh pesan Ayra kirimkan pada Abhi untuk mengungkapkan segala amarah dan kekecewaannya. Berjam - jam pesan itu hanya centang dua dan berwarna biru. Hanya dibaca tanpa dibalas.
Gusar sendiri namun tidak tahu harus berbuat apa, Ayra mematikan data. Pergi tidur dengan pikiran dan hati yang berkecamuk. Ketika adzan subuh membangunkannya, Ayra melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Abhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomansKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...