9. Risalah Hati (1)

4K 238 6
                                    

Sebelumnya salam kenal buat new followers😊
Happy reading yeess😁


Abhi duduk dengan menyilangkan kaki di kursi depan minimarkat rest area. Tangan kirinya bergerak lincah diatas handphone. Sementara tangan kanannya menjepit satu rokok. Menghisapnya santai.

Gerakan itu terhenti ketika netra dibalik kaca mata hitam melihat Ayra berhenti sekitar sepuluh meter didepannya. Bersidekap, menatapnya cemberut.

Abhi ingat kalau gadis itu anti asap rokok, ia menyesap rokoknya dalam dan panjang. Kemudian membuangnya sembarang. Lalu dengan gerakan tangan, menyuruh Ayra untuk duduk dikursi kosong didepannya.

"Ay,"

Panggil Abhi pada gadis yang menggaruk-garuk hidung merahnya dengan tangan.

"Ay,"

Panggil Abhi lagi. Menatap lekat wajah dan sebagian rambut depan yang basah akibat air wudhu. Beautiful. Sebuah pemandangan eksotis yang jarang Abhi temui kecuali dirumah.

Dirumah? Iya, wajah Mami kalau selesai solat juga seperti itu. Tenang, damai, dan bercahaya.

Sepertinya, mantra sihir sedang bekerja melakukan tugasnya. Menghipnotis mata-mata siapa saja yang melihat Ayra. Termasuk dirinya, sasaran utama dari mantra sihir pemikat sukma.  

Untung saja, ada kaca mata hitam bertengger keren diatas hidung. Sehingga tidak perlu lagi merasa risih meski Ayra balas menatapnya. Walau ada suara cekikan berasal dari orang-orang karena merasa aneh melihat tampilan nyentrik Abhi.

"Ra,"jawab Ayra.

"Ay,"

"Ra!"tegas Ayra.

"Nama kamu Ayra kan, jadi panggilannya Ay."

"Ra. Aku biasa dipanggil Ra dari A-y-r-a."

"Suka-suka aku lah, mulut juga mulut aku."

Ayra memutar bola mata kesal. Serah dia deh. Lagi males debat. Tenaganya sudah habis terkuras setelah menangis gila-gilaan dimobil tadi.

"Masih kesal?"tanya Abhi.

Ayra tak menjawab. Masih menggaruk-garuk hidungnya yang tiba-tiba sangat gatal setelah menangis.

"Mau es krim?"tawar Abhi. Bangun dari duduknya.

Ayra membuka mulut ingin menjawab tawaran Abhi, namun didului Abhi.

"Coklat atau Strobery?"

"Coklat,"jawab Ayra cepat. Abhi langsung berjalan masuk kedalam minimarket, menimbulkan kernyitan heran di dahi.

Dia kenapa? Kok sikapnya jadi baik gini? Aneh.

Selang lima menit, Abhi datang dengan dua bungkus es krim coklat dan sekotak tisu. Satu untuk Ayra, satu untuknya, dan tisu untuk Ayra.

"Tisu? Buat apa?"

"Buat lap ingus kamu."

Reflek tangan Ayra mengusap lubang hidungnya. Mana? Kering ini. Gak ada ingus. Ayra mendengus  menyadari bahwa Abhi sedang mengusilinya.

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang