Salam kenal buat new followers😊
Happy reading yes😘"Nyeet, ngintipin siapa?"kepala Zidan menyembul dari balik bahunya.
Abhi menoleh sekilas, menyikut perut Zidan untuk tidak mendorong tubuhnya kedepan karena penasaran dengan sesuatu yang ada dibalik tembok.
"Siapa sih?"tanya Zidan. Tidak berhasil melongok kedepan karena terhalang kepala Abhi.
"Sst, berisik."
"Iyaa tapi itu siapa yang lagi lo intiiiiip,"geram Zidan bercampur greget. Tumben-tumbenan sahabat kampretnya ini menempel ditembok bak cicak raksasa sedang menunggu mangsa untuk di hap.
Pasti itu hal luar biasa, sehingga membuat Abhi, cowok paling anti ikut campur urusan orang lain, tiba-tiba bertingkah bak natijen kepo sedang mengawasi sasaran ke-kepoannya.
"Gue mau ikut lihat juga nyeet."
Astagaa. Abhi berdecak kesal. Kapan hidupnya bisa tenang dari gangguan kutu beras ini?
Abhi mencengkram leher belakang Zidan. Menariknya kedepan sampai menyembul sedikit diujung tembok.
"Ayra?"desis Zidan kaget."Itu bener Ayra kan?"
Kepala Abhi ikut maju kedepan. Melihat kearah yang sama seperti arah pandangan Zidan.
"Ayra dan pak Akmal, mereka lagi ngapain?"
"Kalau gue tahu, ngapain pakai ngintip-ngintip segala kayak gini."
Zidan menahan tawa mendengar jawaban Abhi."Ciyee, yang lagi kepo euy."
Abhi melirik Zidan."Gue gak kepo, biasa aja."
"Aelah nyet, kalo gak kepo ngapain lo dimari?"
"Penasaran."
"Sama aje dodol."
Abhi meraup kasar mulut Zidan. Menyuruhnya untuk diam. Mulutnya yang berisik bisa membuat mereka ketahuan kalau sedang menguping pembicaraan dua orang yang sedang berhadapan dengan gaya kaku.
Ayra berdiri dengan jemari saling bertarut. Mungkin tautan jemari itu hal biasa yang dilakukan setiap orang. Tapi tidak bagi Abhi. Tautan itu memiliki arti lain dimatanya, seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya agar tidak sampai meledak keluar. Seakan tautan erat itu adalah sumber kekuatannya saat ini.
Wajahnya tertunduk dalam. Tidak berani menatap pak Akmal yang sedetikpun tidak mengalihkan tatapannya pada Ayra sejak mereka memutuskan berdiri berhadapan dalam kebisuan.
Berbeda sekali saat gadis itu berhadapan dengannya. Dengan sangat berani kedua mata itu menatapnya tanpa kedip. Menantangnya tanpa takut, tanpa risih sama sekali menyelami kedalaman mata seseorang yang konon adalah sahabat setia hati yang berdialog dengan penglihatan dan nurani.
Justru Abhi yang dibuat kewalahan setiap kali tanpa sadar bersitatap. Risih bercampur grogi. Tatapannya mengandung ancaman agresif, tapi coba lihat sekarang. Dia malah sibuk menatap ujung sepatu sambil meremas tangannya.
Cuih. Abhi merasa harga dirinya terluka. Seketika ia menyadari sesuatu.
"Nyet, ini serius kita tetap anteng jadi penonton disini?"
Abhi mengangguk. Menajamkan pendengaran. Berusaha menangkap pembicaraan keduanya.
Sudah sejak tadi Abhi penasaran dengan tingkah ganjil Ayra. Dimulai dari permintaannya untuk menghalau pandangannya dari pak Akmal, kemudian berlanjut dengan penolakannya saat ditunjuk menjadi sekretaris. Ayra dengan lantang mengatakan tidak. Sampai membuat semua mahasiswa mengernyit heran dengan sikap beraninya menolak perintah yang diberikan langsung oleh dosen pembimbing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...