6. Bukan Kucing Garong

3.8K 246 14
                                    

Salam kenal buat new followers😁
Enjoy yes bacanya😘

"Tiup lilinnya… Tiup lilinnya… Tiup lilinnya sekarang juga… Sekarang… Juga…"

Jennika menggamit lengan Abhi agar mendekat padanya.

"Ayo sayang, tiup sama-sama yaaa…"ucapnya semangat diiringi senyuman manis. Abhi tak menjawab. Hanya menatap Jennika datar.

Sementara sorak sorai tiup lilin dan tepukan tangan masih menggema dari teman-teman yang mengelilingi meja kecil dengan kue ultah diatasnya.

"Ayo dong tiup Jen,"

"Jangan lupa make a wish dulu,"

"Tiup shay,"

Jennika mengangguk-angguk pada teman-temannya itu. Ia menoleh pada Abhi."Hitungan ketiga yaa…"pintanya pada laki-laki yang tak banyak bicara mulai tadi.

Tapi bukannya Abhi memang seperti itu? Sedikit bicara, mahal perhatian dan pelit senyuman.

Bodo amatlah, mau bagaimanapun Abhi, Jennika tetap suka. Yang terpenting, dihari spesialnya ini Abhi sudah mau datang dan berdiri disampingnya sebagai kekasihnya.

Jennika tidak perduli, meski Abhi tidak mau bicara, tidak mau tersenyum, it's okay. Kehadirannya disini sudah cukup membuat moment ulang tahunnya kali ini terasa sempurna.

Sedingin apapun sikap Abhi padanya, hatinya akan meleleh saat ditatap dan berdekatan dengannya. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Jennika tak bisa berpaling pada pria lain selain Abhi.

What is that? Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, karena seribu halaman pun tidak cukup untuk mendeskripsikan seoarang Abhimanyu.

Dia itu, kayak ada manis-manisnya gitu. Bikin nagiiiih.

Jadi, untuk  pria-pria tampan nan kaya raya diluaran sana yang masih setia mengantri  mendapatkan cinta seorang Jennika Anastasya, Model dari beberapa brand fashion ternama yang namanya sedang naik daun, jauh-jauh deh sono. Gulung tikar kalau perlu. Kibarkan bendera putih tanda menyerah.

Karena, sampai upin ipin lulus paud juga, cinta Jennika cuma untuk Abhi seorang.

Jennika takkan berpaling dan jangan menyuruhnya untuk berpaling. Hatinya sudah penuh dengan sosok cuek, dingin, dan misterius yang entah kesambet jin penurut dari mana untuk hati ini tidak menolak Jennika genggam, rengkuh dan peluk bagian tubuhnya.

Biasanya, pada hari-hari biasa, jangankan untuk peluk, Jennika genggam saja tangan lebar dengan jari-jari kokoh itu susahnya minta ampun.  Butuh perjuangan ekstra untuk mendapatkannya.

"Satu…"Jennika mulai menghitung pelan."Dua… Tiga… "

Fiuuh. Tiga lilin yang mengelilingi angka 24 itu mati dengan sekali tiup dari dua mulut yang mengerucut dan meniupnya secara bersamaan.

Jennika menoleh pada Abhi yang membungkukkan badan hingga selaras dengannya. Ia melempar senyum dan kiss jauh pada Abhi.

Tepuk tangan kembali terdengar.

"Heppi besdey Jennika!"

"Slmat ulang tahun ye shaay!"

Jennika tersenyum lebar pada teman-teman yang berebut memberikan ucapan selamat padanya. Tangannya semakin erat menggamit lengan Abhi. Seakan tak mau kehilangan. Seakan tak mau lepas meski hanya sedetik.

Setelah tiup lilin, Jennika memotong kue. Suapan pertama, tentu saja untuk Abhi.

"Happy birthday Jenny,"ucap Abhi sambil tersenyum sebelum Jennika menyuapkan potongam kecil kedalam mulutnya.

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang