15. Dari mata turun ke hati (2)

3K 227 5
                                    

Sesuai janji tadi sore😊
Ditunggu votmennya kaka😘
Gratiiis tis tiis tiiiisss😁
 
___________


Ayra menutup pintu ruang kantor pak kades dengan perasaan lega. Akhirnya, proposal kegiatan jalan santai disetujui oleh pak kades. Satu-satunya event besar yang diadakan kelompoknya selain pengajian rutin setiap malam jumat dibalai bersama ibu-ibu pengajian tingkat rt dan rw.

Mata Ayra membulat begitu melihat anak muridnya sudah berkumpul dibalai ditemani ibunya masing-masing. Memoles pewarna pada kanvas berukuran kecil yang berjejer rapi.

Sesekali suara riuh tawa terdengar. Teman-teman yang sedang bertugas pagi juga turut mendampingi. Tak lupa moment giat kerja hari ini diabadikan untuk dokumentas laporan.

"Om, ini gambal apa om?"Ical, bocah gemuk itu bertanya sambil duduk dipangkuan Abhi. Beberapa bocah lainnya juga ikut mengerumuni Abhi.

Ada yang memeluk lehernya dari belakang. Ada yang bersandar dibahu kanan dan kirinya. Ada yang berdiri menepi pada kanvas. Kira-kira gambarannya seperti serial televisi anak-anak berjudul pak Raden.

Duduk memakai balankon dan setelan baju adat jawa. Kumis tebal. Kanvas besar. Kumis tebal hitam. Juga pensil dan kuas ditangan. Beserta murid yang siap menerima pembelajaran tentang seni dari sang maestro.

Bedanya, pak Raden versi millenial ini memakai batik. Tanpa blankon. Tanpa kumis. Dan terlihat sangat memukau. Tangannya bergerak lentur diatas kanvas, mencorat coret menggunakan pensil hingga menimbulkan sorakan gembira dari anak-anak setelahnya.

"Itu buuuusss,"

"Itu teh Tayo, henteu bus,"

"Itu bus, bus Tayo namanya,"

"Henteu, henteu bus. Ieu mah tayoooo,"

Rizky menggaruk rambutnya gusar. "Naon bae lah Mah, abdi bosen ka sia!"

Abhi yersenyum kecil mendengar percakapan antara Rizky dan Imah menggunkan bahasa sunda.

"Lagi om lagi, gambal yang lain lagi,"

"Kalian mau gambar apa?"tanya Abhi pada makhluk kecil disekelilingnya.

"Kapal telbang,"

"Kapal air om,"

"Becak,"

"Sepada bapak, om."

Abhi tersenyum kecil."Oke siap laksanakan."

Pensil ditangan Abhi kembali menari. Menggambar satu persatu alat transportasi permintaan bocah-bocah tadi. Setiap Abhi selesai menyelesaikan satu gambar, tepuk tangan kegirangan langsung terdengar. Lalu mereka kembali meminta Abhi untuk menggambar benda lainnya lagi. Abhi menuruti tanpa menolak.

Ayra tersenyum ditempatnya. Satu lagi, sisi lain seorang Abhimanyu yang Ayra lihat. Dia pintar menggambar. Dia juga menyukai anak-anak.

Tanpa sadar, kakinya bergerak. Melangkah mendekati Abhi. Lalu duduk dibelakangnya tanpa bersuara. Memperhatikan tangan itu menggambar sesuatu dari balik punggungnya.

"Om Abhi pinteeeell,"sorak Ical sambil bertepuk tangan.

"Om Abhi jempooool,"

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang