EXP . Ngidam 2

4.3K 231 22
                                    

Again kah?
😋

Sudah dua jam berlalu. Namun suaminya itu belum juga kembali. Ayra duduk didepan televisi yang menyala dilantai bawah sambil menghubungi nomer Abhi yang tak kunjung diangkat.

Kok gak diangkat, sih? Dia gak kenapa - napa kan di jalan?

Tiba - tiba hatinya diliputi perasaan cemas dan bersalah secara bersamaan. Tapi sungguh, keinginan untuk makan martabak telor dan minum es teh manis dari botol beling sungguh tak bisa ia abaikan apalagi sampai harus ditunda. Keinginan itu begitu menggebu dan harus segara diwujudkan sekarang juga. Padahal melihat wajah lelap suaminya tadi, Ayra jadi tidak tega membngunkannya. Tapi kembali lagi pada alasan semula.

Ah, bodo amat. Ayra melempar gawainya pada sofa kosong disampingnya. Dari awal kan memang dia sendiri yang berjanji kalau akan menuruti semua keinginannya. Janji itu dibuat untuk ditepati. Dan ia hanya mengikuti alurnya saja. Jadi kenapa harus merasa bersalah? Dirinya seperti ini juga akibat ulahnya.

Suara mesin mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Ayra langsung melompat bangun. Menyongsong kedatangan suami dengan  dua kresek hitam ditangan. Tanpa dirasa, air liur Ayra keluar begitu saja. Tidak tahan untuk segera menyantap martabak telor yang sangat diidam - idamkannya sedari tadi.

"Kok lama, Mas?"tanya Ayra dan langsung merebut kresek ditangan Abhi. Membawanya ke meja makan didapur.

"Antri,"sahut Abhi pendek sambil membuka pintu kulkas. Meneguk air mineral dari dalam.

Ayra mencibir mendengar nada ketus suaminya. Bodo amat. Yang penting malam ini ia bisa makan martabak juga minum teh botol.

Senyum Ayra melebar begitu melihat ada lima teh botol dengan botol beling didalam kresek. Cepat diambilnya satu botol lalu diulurkannya pada Abhi.

"Bukain …"pintanya manja.

Abhi menghela nafas. Meraih botol itu lalu membuka tutupnya menggunakan alat pembuka botol.

"Uuuh, thayaaaang. Baik banget. Makasih Mamasnya Ayra,"Ayra menerima teh botol yang sudah dibuka dan langsung meneguknya sampai habis.

Abhi yang melihatnya mau tidak mau tersenyum. Setidaknya lelah dan rasa kesalnya berkeliaran di jam satu pagi mencari martabak dan teh botol terbayar dengan melihat raut ceria Ayra.

"Aaaahh, segarnya,"Ayra mengelap mulut dengan punggung tangan setelah satu botol teh berhasil ia habiskan. "Tapi kurang segar karena gak begitu dingin. Kita taruh dikulkas aja ya, Mas."

Abhi mengangguk. Memasukkan botol - botol itu kedalam lemari pendingin. Entahlah, ia sedang tidak mood berbicara dengan Ayra.

"Mas Abhi kalau ngantuk boleh tidur duluan. Nanti aku nyusul setelah selesai makan martabak."

Abhi tidak menjawab. Hanya mengelus pucuk kepala Ayra lalu berlalu menuju kamar mereka dilantai dua.

Ayra mengekor kepergian Abhi dengan sudut matanya. Jauh didalam lubuk hatinya, sebenarnya Ayra ingin sekali makan ditemani Abhi. Tapi apalah daya, sepertinya suaminya itu masih kesal dengan permintaannya yang menyuruhnya keluar disaat dirinya sedang lelah dan terlelap.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Ayra ngidam pada jam abnormal seperti ini. Dan Abhi biasa - biasa saja. Tidak pernah marah atau mengeluh. Baru malam ini saja sikapnya menjadi aneh. Mungkin karena kelelahan.

Ayra mengangkat bahu. Membenarkan prediksinya sendiri. Ayra membuka boks berbentuk persegi berisi martabak yang baunya sudah menguar memenuhi lubang hidung.

Namun apa yang didapatnya dialam boks, tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya sedari tadi. Kekesalan Ayra mencuat begitu saja. Ia menaiki tangga dengan langkah lebar menuju kamar Abhi membawa boks putih berisi martabak.

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang