Abhi senyam - senyum memandangi kedua wanita yang sibuk berkutat di meja dapur dengan tepung, telur, dan segala tetek bengek bahan membuat kue.
Sesekali terdengar perdebatan kecil mereka tentang harga sembako yang melambung tinggi. Juga tentang resep kue dan teknik pembuatan kue yang membuat keduanya saling berdecak takjub dengan mulut sedikit terbuka. Kemudian terdengar tawa dari keduanya ketika salah satu dari mereka menyebutkan namanya. Lalu mereka akan saling berbisik untuk meredam pembicaraan khawatir didengar si empunya nama, setelah itu meledaklah tawa keduanya.
Abhi ikut tertawa. Entahlah, padahal tidak ada yang lucu. Tidak tau juga apa yang dibicarakan Mami dan Ayra. Abhi hanya ingin tertawa melihat interaksi yang terjadi diantara mereka, itu saja.
"Mas,"Shakilla muncul dengan balon ditangan."Kata pak ujang, mas disuruh ke halaman belakang."
"Ngapain?"
"Disuruh tiupin balon. Nih balonnya," Shakilla melempar dua bungkus balon pada Abhi.
"Kenapa Mas, sih dek? Kan pak Ujang juga bisa."
"Pak Ujang gak tauuuu Maaaass, takut meletus katanya."
Abhi berdecak melihat balon - balon ditangannya."Ini lagian kenapa pakai balon - balon segala sih? Sudah berumur juga kok masih dirayakan pakai balon. Ck, norak,"gerutu Abhi.
"Aku bilangin Oma nanti,"ancam Shakilla.
"Bilangin sana. Kamu kan emang tukang ngadu,"lalu Abhi mencibir sambil menjulurkan lidah. Kontan saja Shakilla mencak - mencak karena sebal.
"Om, itu siapa di dapur?"
Eh, suara siapa itu? Abhi menoleh dan mendapati gadis cantik yang tingginya hanya sampai dipundak Shakilla sedang memandangnya penuh tanda tanya."Anin ya?"tebak Abhi.
Gadis kecil berambut panjang itu tersenyum lebar."Iya. Ini Anin, om. Lupa ya? Anin aduin sama Ayah loh, nanti. Masak sama ponakan sendiri lupa?"
Abhi tertawa."Sini dong peluk Om dulu,"Abhi merentangkan tangan. Anin dengan suka rela menghambur kedalam pelukan Abhi."Bukan lupa, Om pangling. Habisnya Anin jarang main kesini. Dulu terakhir ketemu waktu masih belajar merangkak, sekarang sudah gede. Cantik lagi,"dijawilnya pipi tembem Anin.
"Ya dong, kan anak Bunda. Harus cantik."
Abhi mengangguk setuju. Bunda Anin, Louis, isteri dari dokter Alan memang cantik dan seksi. Sayang, panah cupid tidak berpihak padanya. Panah itu malah salah sasaran dengan menembakkannya pada Alan hanya karena Alan yang terlebih dulu bertemu dengan Louis. Andai saja waktu bisa diputar, mungkin dia akan menyetujui usul Oma untuk bekerja di salah satu rumah sakit milik almarhum Opa, sehingga takdir bisa mempertemukannya dengan Louis.
Eh, tapi dia kan sudah punya Ayra.
"Anin kapan datang? Ayah sama bunda mana?"
"Baru aja. Dijemput sama supir Mami Nadia. Ayah sama bunda masih di rumah sakit, antar dedek imunisasi."
Alan mengangguk - angguk mengerti. Ayah Alan adalah kakak dari Mami. Mami adalah anak bungsu dan satu - satunya perempuan dari tiga bersaudara yang dua - duanya adalah laki - laki. Sedangkan Papi adalah anak tunggal.
Jadi bisa dipastikan kalau rumah ini nanti akan ramai dan dihuni oleh keluarga dari silsilah Mami. Abhi sudah dapat membayangkan keramaian seperti apa yang akan terjadi melihat Om dan Tante beserta ponakan - ponakannya akan berkumpul disini.
"Itu Mbak Ayra ya, Mas?"tanya Shakilla.
Abhi mengangguk.
"Mbak Ayra itu siapa, Killa?"Anin bertanya penasaran. Karena sebenarnya memang sejak tadi dia penasaran tentang sosok baru yang mondar - mandir di dapur bersama Mami Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...