"Loh, sudah pulang, Ra?"Ayah yang baru datang dari toko di ujung gang sedikit kaget melihat anaknya sudah duduk termangu di depan tivi."Sebentar sekali,"lirik Ayah pada jam dinding. Pukul tujuh malam lewat lima menit."Acaranya sudah selesai?"
Ayra mengangguk sekenanya. Pandangannya fokus pada televisi yang sedang menayangkan iklan sabun mandi.
"Abhi mana?"Ayah mengedarkan pandangan. Mencari Abhi didalam rumah kecilnya. Tidak ada Abhi disini. Diluar juga tidak ada kendaraan apapun."Langsung pulang?"
Ayra mengangguk.
"Tumben gak mampir dulu, biasanya juga betah lama - lama ada disini,"Ayah membuka kulkas, meneguk air mineral langsung dari botolnya.
Setelah selesai melepaskan dahaga, Ayah membuka bungkus kacang yang baru saja dibelinya. Mengupas kulitnya dan ikut bergabung duduk disebelah Ayra.
"Sudah makan malam?"tanya Ayah.
Ayra mengangguk lagi.
"Oh iya, tadi ada orang antar undangan,"Ayah berucap hati - hati."Undangan pernikahan… Akmal,"lanjut Ayah masih hati - hati.
Ayra merespon dengan anggukan. Respon yang sangat berbeda seperti yang ada dalam pikiran Ayah.
Putrinya itu tidak terkejut, tidak sedih, atau tidak berkaca - kaca seperti sebelumnya setiap mendengar nama Akmal.
Mungkinkah lukanya telah sembuh? Mungkinkah hatinya sudah sepenuhnya terisi oleh nama orang lain?
Ayah memasukkan tiga biji kacang ke dalam mulut. Pandangannya masih terus terarah pada Ayra yang serius menatap layar telivisi.
Ada yang aneh. Wajah Ayah berubah sedikit heran melihat putrinya hanya menjawab semua pertanyaannya dengan anggukan kepala. Baju yang dikenakannya juga masih tetap sama seperti yang dipakai keluar tadi. Tas nya pun juga masih diselempangkan di bahu. Pasti ada yang tidak beres.
"Ra, kenapa?"
Diluar dugaan, Ayra malah tertawa sambil menunjuk ke arah tivi. Membuat Ayah hampir saja terjatuh dari kursi saking kagetnya tiba - tiba mendengar Ayra tertawa.
"Lucu deh, Yah. Si Sule sama Andre lagi berperan jadi orang arab. Ngomongnya juga pakai cengkok arab, hahaha,"
Mau tidak mau Ayah ikut tertawa. Karena salah satu acara komedi yang digawangi dua pelawak hits Indonesia itu memang sedang menyuguhkan adegan lucu.
Ayra terbahak sambil memegangi perut dan terkadang tangannya menyusut sudut mata yang mengeluarkan air mata."Haha, adduuuh lucunya mereka berdua. Ayra sampai keluar air mata, nih,"Ayra mengusap mata dan menunjukkannya pada Ayah.
"Berlebihan kamu, Ra. Tingkat kelucuan mereka masih biasa saja. Kok ya ketawa sampai terpingkal - pingkal seperti itu,"
"Iih, beneran lucu tau, Yah,"Ayra masih mengusap mata yang sialnya butiran bening itu justru malah semakin banyak keluar meleleh di pipinya.
Sadar kalau air mata itu keluar bukan karena aksi lucu Andre dan Sule lagi, Ayra bergegas ke kamar mandi. Mengunci pintunya, menghidupkan keran air lalu menangis keras. Menumpahkan sesak yang di bendungnya sejak di rumah Abhi.
"Suruh Ayra pulang sekarang juga. Berhenti berhubungan dengan dia. Jangan pernah temui dan bawa dia ke hadapan Mami lagi, mengerti?!"
"Menikah? Kalian? Jangan mimpi. Bikin Mami jijik,"
"Kalau kamu memang serius ingin menikah, cari wanita yang diatas Mikha. Bukan malah mencari wanita yang jauh levelnya dibawah Mikha!"
"Ya Allah ya Tuhan, apa sesulit itu mencari wanita dengan latar belakang tanpa harus ada embel - embel janda? Wanita diluar sana banyak yang cantik, pintar, terpandang. Status mereka juga masih perawan, single, pelajar, mahasiswi. Apapun itu asal jangan janda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...