EXP . Ngidam 1

4.6K 242 12
                                    


Again?
😁


"Kenapa? Kok mukanya kusut gitu?"

Ayra menyambut kedatangan Abhi dengan pelukan hangat. Sementara yang dipeluk balas memeluk Ayra dengan lesu.

"Kenapa belum tidur, Ay? Ini sudah malam."

Ayra melirik jam di dinding. Jam sebelas malam. "Capek ya?"tanya Ayra. Melepas jas. Dasi dan sabuk celana Abhi. Menggantung jas dengan gantungan baju. Meletakkan sabuk dan dasi pada tempatnya. Lalu meraih kaos bersih dan celana panjanh dari lemari pkaian.

"Ganti baju dulu,"Ayra menghampiri Abhi yang sudah rebahan dikasur. Membuka kancingnya satu persatu dan mengganti kemejanya dengan kaos yang dibawanya. Kemudian berlanjut dengan celana.Persis seperti seorang ibu yang sedang menggantikan pakaian anaknya.

"Kamu kenapa belum tidur?"Abhi bertanya untuk kedua kali.

"Kan nungguin kamu pulang dulu. Habis itu baru tidurnya barengan,"senyum Ayra terkembang saat Abhi mencubit hidung dan mencium pipinya.

Wangi sekali isterinya malam ini. Aroma shampo berbau buah bercampur dengan parfum lembut bunga daisy menguar memikat indra penciuman.

"Aku mandi dulu. Gak enak. Udah bau macem - macem ini badan."

"Gak usah,"cegah Ayra. "Aku suka kok bau macam - macam yang ada di badan kamu. Asal jangan bau parfum wanita lain aja."

Abhi tertawa mendengarnya.

"Gitu dong, Mas. Senyum, tertawa,"jemari Ayra mengelus pelan rahang Abhi. "Pulang kerja aku dikasih senyuman, jangan disodorin muka kusut. Eneg lihatnya."

Abhi tertawa lagi."Tumben malam ini kamu gak rewel? Gak telpon atau chat minta dibawain ini itu? Biasanya juga selalu ribut tiap malam. Udah selesai ngidamnya?"

Giliran Ayra yang tertawa."Aku lagi gak pengen apa - apa. Cuma pengen tidur sambil dipeluk kamu, Mas."

Duh. Manisnya. Isteri siapa sih, ini? Bahagia rasanya kalau Ayra sudah bersikap manis seperti sekarang.

Memang susah ya kalau berhadapan dengan ibu - ibu hamil. Sikapnya gak nentu. Suka berubah - ubah sesuai mood. Kadang manis seperti gula. Kadang sepet seperti buah pare. Sampai rasanya Abhi akan pasrah bila bumi menelannya bulat - bulat saat itu juga kalau Ayra sudah kumat rewelnya. Dikit - dikit nangis. Dikit - dikit marah. Dikit - dikit minta sesuatu yang aneh - aneh yang bahkan nalar Abhi pun tak sanggup mencernanya.

"Ya udah, ayo kita tidur sekarang."

Ayra mengangguk dang langsung meringkuk nyaman dalam pelukan Abhi. Tempat ternyaman nomer dua bagi Ayra selain kasur tentunya.

"Mas, gak mau cerita?"

"Soal?"

"Pasti ada masalah kan dikantor sampai kamu pulang jam sebelas malam dengan muka kusut kayak tadi,"

"Gak ada, sayang."

"Terus, kenapa kok mukanya kayak tadi?"

"Capek saja. Kerjaan gak kelar - kelar dikantor."

Ayra menghela nafas. Memang, sejak suaminya mengambil alih semua bisnis Nadya Group, Abhi sering mengeluhkan kalau manajemen yang berada dibawah pengawasannya tidak berjalan dengan efektif. System kerjanya juga amburadul. Jadi mau tidak mau, Abhi harus membenahi semuanya dari awal. Kalau sudah melihat Abhi pulang larut malam dengan wajah lesu seperti tadi, Ayra jadi sedih.

"Kalau kamu merasa terbebani, balik aja lagi ke resto, Mas. Jadi GM disana seperti dulu. Tapi aku juga balik kerja disana ya? Jadi sekretaris pribadi kamu."

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang