14. Dari mata turun ke hati (1)

3.5K 229 15
                                    

Jangan lupa votmen ya gaes, gratis kok😁
Salam kenal buat new follower😊
Hepi ridiiiing😘

______________


Bocah-bocah berseragam bawahan kotak-kotak kuning itu berbaris membentuk dua barisan memanjang kebelakang didepan kelas.

Wajah imut nan unyu dipenuhi bedak bayi yang wanginya sungguh menggelitik hidung. Ingin rasanya mendusel-dusel wajah berbingkai hijab dan peci bermotif serupa itu satu persatu. Belum lagi berbagai macam ekspresi lucu yang ditujukan bocah-bocah itu saat pagi hari seperti ini.

Ada yg bengong sambil mengupil. Ada yang menyandar ke tembok dengan muka kusut. Perpaduan antara mata masih mengantuk dan kesal karena bangun sepagi ini untuk bersekolah. Ada yang sedang sibuk menjilati es lilin ditangan. Ada pula yang berlari kesana kesini tak mau diatur ikut berbaris. Sehingga menimbulkan sedikit kegaduhan dari emak-emak wali murid dan guru PAUD-TK.

"Kalau barisnya gak benar, gak bisa masuk kelas,"bu Nina, salah satu guru PAUD yang sedang hamil besar bersuara lantang sambil mengatur muridnya yang masyaallah bandelnya sungguh luar biasa. Ibarat kata, gerakannya segesit dan selicin belut. Ditangkap, lepas. Ditangkap lagi, lepas lagi."Bu Nina tutup aja deh pintu kelasnya, biar kita semua belajar dihalaman saja. Panas-panasan. Bagaimana? Mauuu?"

"Gak maaaaauuuu,"beberapa murid menjawab kompak suara rajukan bu Nina.

"Jangaan buuu, dihalaman banyak rumput, bnyak ulat, gatelaaan."

"Di halaman ada matahari buuu, nanti kulit Rafa coklaaat,"

"Makanya ayo baris yang benar. Rima, Akbar, Rizal, baris yang benar sayang. Lurus, luruus kebelakang, memanjang seperti kereta api, iya bagus, pintar semua murid bu Nina."

Setelah dibantu oleh Ayra dan dua guru lainnya, akhirnya bocah-bocah itu sudah berbaris dengan rapi. Meski masih ada satu dua yang masih saling sikut dengan teman didepannya. Tak lupa, Ayra mencubiti pipi bakpao yang bentuknya seperti donat gula dengan gemas saat menyiapkan satu persatu murid-murid itu untuk berbaris mengikuti intruksi bu Nina.

"Assalamualaikum anak-anak,"bu Nina mengucap salam dengan penuh semangat.

"Waalaikumsalaam bu guruuuuuuuuuu,"bocah-bocah itu menjawab kompak. Tak kalah semangatnya dengan bu Nina. Sampai urat disekitar leher terlihat semua.

"Apa kabar hari ini?"

"Alhamdulillah, luar biasaaaa,"jawaban kompak dengan cengkokan sumbang terdengar lagi. Jawaban yang memang sudah di stel untuk murid PAUD dan TK.

"Sudah siap belajar hari ini?"

"Siiiiaaaaaaapppp,"

Bu Nina tersenyum. Bersiap memulai rutinitasnya setiap pagi."Kalau kau murid hebat teriak hore,"

"Horee,"murid berteriak sambil mengangkat tangan keatas.

"Lebih keras,"

"Horeee,"

"Keras banget,"

"Horree!!!"

"Agak pelan,"

"Ho..Re,"

"Pelan banget,"

"H…o…r…e…"

Bu Nina memberikan applause tepuk tangan melihat muridnya mengikuti intruksi yang diberikannya barusan."Si-ap, kita harus awali kelas dengan sema…"

"…Ngaaaaat,"

"Awali kelas dengan senyu…"

"…Maaaaan,"

Jodoh tak Bersyarat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang