"Liat deh, Ra. Madu kamu tuh dateng, haha …"
Ayra yang asyik menikmati es krim seketika berhenti. Kepalanya ikut melongok ke bawah seperti yang dilakukan Jihan.
"Madu siapa?"
"Madu kamu lah. Madu yang manisnya legit,"dan Jihan kembali tertawa.
Ayra hanya bergidik melihat tingkah absurd sahabatnya. Dibawah sana, sebuah sedan mewah berhenti tepat dihalaman parkir resto. Ayra yang sedang berdiri diatas rooftoop bersama Jihan tampak serius menunggu pintu mobil itu terbuka.
Penasaran. Siapa gerangan yang sosok yang diolok - olok madu oleh Jihan. Tak berapa lama pintu mobil terbuka. Tampak dua orang wanita cantik dengan hijab membungkus kepala keluar bersamaan.
"Mikha?"
"Yoooooss,"
"Dih, ngarang. Madu apa'an," disikutnya lengan Jihan dengan keras. Lalu tangannya kembali sibuk menyendok es krim ke dalam mulut.
"Lah kan emang bener madu kamu,"
Ayra menggeleng pelan menanggapi selorohan Jihan.
"Tapi dia beneran cantik ya? Cantiknya itu gak ngebosenin. Auranya itu loh, berkharisma. Dia juga ramah, baik, dermawan, gak pelit. Setiap kali makan disini, siapapun yang ngelayani dia, pasti dikasih duit. Tapi sayang, hidupnya sungguh ironis,"Jihan berdecak beberapa kali dengan pandangan terus terarah pada sosok Mikha yang sedang berbincang dibawah dengan temannya.
"Ironis gimana maksudnya?"
"Nikahnya duluan dia tapi hamilnya malah duluan kamu. Padahal mantan mertua yang mirip nenek lampir itu kan misahin anaknya sama kamu gara - gara kamu gak hamil lagi. Rasain tuh, kena karma dia sekarang,"racau Jihan sambil menunjuk kearah Mikha dibawah dengan dagunya.
"Tapi Alhamdulillah. Tuhan memang maha adil, orang jahat pasti akan dibalas berkali lipat atas perbuatannya. Akhirnya kamu hadir dalam waktu sesingkat - singkatnya ya dek. Berkat lemburan Papa Mama kamu tiap malam ya, dek,"kata Jihan sambil mengelus perut Ayra yang tampak membuncit dan langsung mendapat cubitan dahsyat dari Ayra.
"Emang bener gitu kan? Eh, tapi si Pak Bos beneran tokcer loh, Ra,"senggol Jihan pada bahu Ayra. "Kamu cekokin dia jamu apaan, Ra? Bagi resep dong. Biar suami aku nanti bisa se tokcer Pak Bos."
"Emang udah ada calon?"
"Belom, haha,"
"Dasar haluuuu,"
Lalu keduanya sama - sama tertawa.
"Ya Allah, Ra. Beneran kangen sama kamu. Lama banget gak ngobrol dan ketawa - ketawa kayak gini,"Jihan memeluk sahabatnya itu sambil mendusel - dusel kepalanya pada pipi Ayra. "Lama gak ketemu. Gak jalan bareng. Gak makan bareng. Gak ngegosip bareng. Kangen pakek banget pokoknya."
Ayra mencibir. "Dasar lebay,"lalu disentilnya dahi Jihan dengan satu jarinya. Dering telpon mengalihkan perhatian keduanya. BRENGSEK memanggil.
"Ya ampun, Ra. Pak bos masih kamu simpan dengan nama itu di kontak kamu?!"
Ayra mengangguk sambil nyengir. Satu panggilan tak terjawab. Panggilan Video Call masuk setelahnya. Berlanjut dengan notif chat WA beruntun tetap dari satu nama. BRENGSEK.
"Kok gak diangkat? Dicariin tuh kamu, ntar pak bos ngamuk."
"Biarin aja. Dia suka bawel kalau aku keluar rumah,"Ayra meraih gawai kemudian memasang mode senyap. Brisik. "Ya kali aku tahanan gak boleh kemana - mana."
Jihan cekikikan melihat bibir manyun Ayra. "Bukannya gitu, Pak bos itu khawatir. Takut terjadi apa - apa sama kamu kalau pergi sendirian. Makanya kamu disuruh diem aja dirumah. Kalau mau keluar ya harus diantar supir. Kan horang kaya. Lagian dirumah fasilitas juga udah lengkap. Ngapain masih mau keluyuran keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh tak Bersyarat (End)
RomanceKatanya, Love is blind. Tidak memandang rupa, kasta juga status. Asal hati sudah memilih, dan jika cinta sudah memanggil maka tiga kata diatas itu sudah tak penting lagi. Namun bagaimana jika seorang Abhimanyu, lelaki yang tidak pernah serius dengan...