#Chapter 20

518 29 1
                                    

¢dshoonie


Sekarang aku disini, menatap wajahku yang kurasa, sangat kejam.

Tapi aku berfikir sedalam mungkin, dimana letak semua kesalahanku pada Renjun maupun Jeno?.aku tidak tahu itu, yang kutahu, aku adalah perempuan yang benar benar sangat kejam.

Menatap wajahku, masih mencoba untuk berfikir, tapi kurasa itu tidak ada guna nya sama sekali.kulihat dari cermin yang memantulkan wajahku hingga seluruh tubuhku, melihat dari pantulan cermin yang berkali kali orang keluar ataupun masuk toilet itu.

Ada kembaranku di dalam cermin, sedang menangis karena kesalahan yang tak ia tahu apa kesalahannya.

Melunturkan sedikit makeup nya karena ulah air mata yang sedari tadi mengalir dan tak kunjung henti.

"Tidak ada guna nya kamu menangis" ucap seorang perempuan dengan rambut hitam panjang terurai, baju berwarna biru setengah lengan, celana pendek putih, dan anting yang sangat anggun, terlihat cocok dengannya.

"Tidak ada guna nya kamu menangis" ucap seorang perempuan dengan rambut hitam panjang terurai, baju berwarna biru setengah lengan, celana pendek putih, dan anting yang sangat anggun, terlihat cocok dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sahabatku, Park Xiyeon.

Perempuan berhati mulia, yang selalu mendukungku disetiap saat mau itu suka ataupun duka.dia sahabat yang sangat sangat baik, walaupun sifatnya yang agak terlalu tomboy, dia perempuan yang sangat bawel, karena ingin sahabatnya mengerti apa yang dia maksud.

"Ah, yeon" dengan buru buru aku mengelap air mataku dengan jari jari, mataku memerah, lalu tersenyum pada Xiyeon.

"You bad girl, kamu mainin hati laki laki" dia membuang mukanya kearah lain, menyilangkan tangannya didepan dada dengan ekspresi yang benar benar ku benci.

"Aku buruk, tinggalkan saja aku, aku ingin pergi dari dunia ini dan tidak mau bertemu siapa siapa lagi, aku akan lebih tenang jika berada di sisi bunda" aku mengambil tas yang kutaruh di samping wastafel, lalu pergi tanpa memberi satu kata apapun kepada Xiyeon.

"Pergi ke tempat semula, jangan pergi" ia menyuruhku untuk pergi ke perkumpulan sahabat sahabatku yang masih asik mengobrol setelah selesai makan.tidak, aku tidak mengikuti perintahnya.aku pergi ke tempat lain yang bisa menenangkan diriku.

Sungai Han.

Dimana tempat itu yang menyimpan banyak kenangan indah bersama bunda, ayah, dan Mark.kita bersenang senang disini, kita bersedih disini, kita merayakan ulangtahun pernikahan ayah dan bunda disini.semua terlihat dalam pikiranku yang tiba tiba muncul.

Aku meminta pak Taeil, supirku, untuk menjemputku dan mengantarku ke Sungai Han.

Tidak hanya kenangan keluarga, tetapi itu adalah tempat favoritku dengan Jeno.banyaknya kenangan disana.

Dulu, kita memang sering pergi ke kampung halaman bunda di Seoul setahun dua kali, Kim Taeyon.

Ayah kandung yang tidak ku anggap ayah, Lee Donghae.

Terkadang saat aku dan keluargaku akan mengunjungi Seoul, Jeno akan ikut bersamaku ataupun teman yang lainnya, kami bersenang senang disana, menghirup udara segar, memainkan kincir angin yang kita buat sendiri dengan potongan potongan kertas origami.

Itu yang membuatku nyaman bersahabat dengan Jeno.

Turun dari mobil, menghirup sedikit udara untuk menenangkan hatiku yang tadi sedang rapuh, tersenyum melihat orang orang yang berlalu lalang didepanku.

Melihat ada satu orang yang ku kenal dari paras wajahnya, sedang memainkan jemarinya, menunduk, dan ada earphone yang sengaja orang itu sangkutkan pada kedua telinganya.

Duduk tenang diatas kursi panjang putih yang indah, menatap jemarinya dan memainkannya saat sedang bosan.

Aku berdiri di belakangnya, menggenggam belakang kursi itu, dan mendengarkan apa yang ia katakan.

"Nyesel datang lagi, gue kira dia bakal inget sama perjanjian itu, ternyata enggak ya, sesakit itu sepertinya sampai menyendiri di tempat seperti ini" sesekali menatap sungai yang ada didepannya.

"Gak nyangka, seorang Lee Jeno bisa sebucin ini, ditinggal seorang perempuan yang ga anggap diri gue ada haha" dia tertawa sendiri, lalu terdiam lagi memainkan jemarinya.

"Lee Jeno bucin? gak bakal ya astaga.gak usah jadi pho deh lo, dia tuh udah punya laki yang lebih baik dari gue" ucapnya sendiri dan memukul mukul kepalanya yang tidak punya salah sama sekali.

"Manusia gila !!"

Plak!

"Sadar bodoh!kamu gila ya mau bunuh diri disini?!!"

Aku melihatnya sedang berjalan mendekati sungai itu, ingin tenggelam, tapi kukira ini bukan waktu yang tepat untuknya.

Dia masih muda, masih banyak waktu untuk hidup, dia rela mati hanya demi aku?dasar manusia gila!

"Jeno! kamu sadar, kamu masih banyak waktu buat hidup, kamu harus bersyukur sama tuhan!" dia tersenyum lemah melihatku yang tiba tiba menjadi perempuan yang cerewet, memelukku tanpa dayanya, lalu pingsan di pelukanku.

"Pak, bawa dia kerumah!" teriakku pada pak Taeil yang sedari tadi menungguku di samping mobil.dia terlonjak lalu buru buru membawa Jeno ke rumahku.

.

"Gue dimana ?" tanya laki laki itu.

"Kamu ada dirumahku" ucapku dengan antusias, lalu menatap Jeno yang masih kebingungan.

"Rumahmu dengan Renjun" Kaylle terlonjak, bisu mendadak dan berpatung saat Jeno bicara seperti itu.

oooOOooo

"Where my sist?" tanya Mark pada Xiyeon yang baru saja datang dari arah Toilet perempuan.

"Ah your sister?dia pergi, ada urusan" bohong Xiyeon.

"Kan, jodoh banget nih sama Jeno, gak mau kabarin kalo pulang!" seru sekaligus kesal Shuhua pada dirinya sendiri.

"Maaf, namanya juga orang gila" Heejin meminta maaf kepada Renjun yang sangat risih jika membincangkan Jeno dan Kaylle.

"Gwaenchana-yeo"


|| BAD ||
Mr.huang renjun

BAD || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang