#Chapter 24

462 25 4
                                    

¢dshoonie

Mark pov.

Aku disini sekarang, di tempat kelahiran, Toronto Kanada.

Mengelilingi sungai yang sangat indah sebanyak lima kali untuk menenangkan diri, hingga diberikan ekspresi aneh dari orang orang yang sedang berlalu lalang sejak tadi.

Aku juga terus menerus mengkhawatirkan keadaan seorang perempuan yang sudah ditakdirkan menjadi adikku, Kaylle Williams.

Dia disana memendam penyakitnya, walaupun banyak teman yang menemaninya disana.Aku juga sedikit khawatir dengan ide ide yang Xiyeon berikan.kejam namun bermanfaat.

Apakah ini nasib dia?

Tidak mempunyai salah, namun selalu disakiti orang.

"Apakah dia punya penyakit gangguan jiwa?aish,dasar manusia ini"
Mereka menatapku jijik, melihatku yang terus mengelilingi sungai ini tiada hentinya dan tiba tiba berbicara sendiri dengan frustasi seperti orang gila.

Aku berhenti, menatapnya sinis.dengan tak perduli, aku mengambil ponsel di saku celana, berniat untuk menelfon adikku, bagaimana kondisinya sekarang?apakah dia sudah sadar atau belum?

Tapi, aku tak punya nomor ponselnya.Apakah hanya aku saja yang menjadi seorang kakak namun tak punya nomor ponsel adiknya sendiri?.

Tiada harapan, telefon Renjun.

"Halo kak, ada apa?"

"Apa adikku sudah sadar?jika sudah,bolehkah aku berbicara dengan adikku?hanya sebentar, aku tidak bisa meninggalkannya"

"Semua sudah dilakukan, maaf"

Tut!

Kenapa suara pertama adalah Renjun, namun suara kedua adalah Xiyeon?apakah dia benar benar sangat kejam hingga memisahkan sepasang adik kakak begitu saja seperti di film film?.

"Hei bodoh!kenapa kamu menyetujui ide ide tak pantas itu huh?!" memukul sendiri adalah hal yang terbaik untuk meminta maaf pada diri sendiri kan.

"Mark Will!"

Ada seseorang yang memanggil dari kejauhan, tersenyum manis, mata yang indah, kulit putih bersih dan sangat lembut.

Apakah kalian berfikir dia adalah perempuan?

Salah.

Itu Son Dong Ju, mantan kekasih adikku.

Atau mungkin kalian bisa memanggil Xion.

Kata kata itu seharusnya bukan aku yang mengatakan, seharusnya perempuan bukan?pujian yang benar benar fakta.

Aku tak tersenyum padanya melainkan memalingkan wajahku kearah lain dengan malas, aku melihatnya dia berlari kearahku dengan semangat.

"Sudah lama tidak bertemu, wajahmu sekarang sangat tampan!" pujian itu sudah biasa-ku dengar, jadi sudah kebal.

"Ada apa kau disini?" tanyaku malas.

BAD || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang