Pintu di ketuk sebanyak dua kali setelah Yuna mengenakan pakaiannya kembali. Gadis cantik itu segera membuka pintu dan menemukan Jungkook berdiri di hadapannya sambil memegang satu set pakaian di tangannya.
"Ini pakaianmu."
Pria tampan itu tersenyum dan memberikan pakaian tersebut kepada Yuna. Kemudian menutup pintu kembali.
Yuna memandang gaun berwarna pastel tersebut sebelum mengunci pintu kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Setelah keluar dari kamar mandi, Jungkook langsung mengajak Yuna meninggalkan kamar.
Gadis bisu itu menatap sekeliling rumah yang luar biasa besar nan megah, setiap inci bagian rumah ini benar-benar sangat mengagumkan.
Jungkook dengan lembut menggenggam tangan Yuna dan keduanya memasuki lift.
Selama di dalam lift, Jungkook tak melepaskan genggamannya sedikit pun.
Setelah pintu lift terbuka, Jungkook membawa Yuna ke meja makan yang sudah terisi penuh dengan hidangan yang sangat menggugah selera.
Yuna duduk di hadapan Jungkook yang mulai sibuk meletakkan makanan ke atas piring miliknya.
"Ayo dimakan."
Keduanya menikmati sarapan dengan tenang, meski sesekali Yuna melirik sekeliling ruangan yang sangat megah ini.
Setiap inci rumah ini adalah definisi sesungguhnya dari kata 'pemborosan'.
Di sebuah sudut, seorang pria berambut biru bersandar sambil memakan apel hijau di tangannya. Pria itu terus mengamati Jungkook yang sangat perhatian terhadap gadis cantik bergaun pastel yang duduk di hadapannya.
Sebelah alis pria tampan berambut biru itu terangkat, saat melihat bagaimana Jungkook memperlakukan wanita-nya.
"Dia ... Sudah sembuh?"
Pria itu bergumam pelan, sebelum meletakkan apel di tangannya keatas meja dan meraih benda pipih di dalam kantong long coat yang di kenakannya.
Dia mencari-cari sebuah kontak dan langsung menekan tombol panggil begitu menemukan nama yang cari.
"Halo, Bibi."
Jungkook membawa Yuna berkeliling mansion setelah mereka sarapan, pria tampan itu terus menggenggam tangan wanita-nya membuat para pelayan yang melihat itu seketika tercengang.
Sama seperti apa yang di pikirkan oleh si pria berambut biru. Para pelayan juga bertanya-tanya dalam hati apakah tuan mereka sudah sembuh dari mysophobia yang di deritanya.
"Ini adalah ruang kerjaku."
Jungkook membuka pintu kemudian membawa Yuna memasuki ruangannya. Yuna sedikit merasa aneh karena kamar utama dan ruang kerja pria itu sampai berjarak cukup jauh.
Dia tidak tahu siapa Jungkook, dan juga tidak tahu kenapa pria itu menculiknya.
Sedari tadi pria itu sibuk memperkenalkan tempat-tempat di mansion megah miliknya. Tapi dia sama sekali tak memberitahu Yuna tentang siapa dia dan apa motifnya menculik gadis bisu ini.
Gadis cantik itu tersentak kaget saat tubuhnya di tarik perlahan kemudian mendarat dengan mulus di atas pangkuan Jungkook.
Matanya melingkar sempurna ...
Jungkook terkekeh geli.
"Aku tahu kau punya banyak pertanyaan untukku ..." pria itu kemudian membelai lembut pipi Yuna. "Katakan saja, aku cukup mengerti bahasa isyarat."
Yuna diam-diam menghela napas lega, kemudian menggerakkan kedua tangannya.
“Siapa kamu?”
"Aku Jungkook."
Yuna memutar bola matanya kala mendengar jawaban Jungkook terhadap pertanyaan-nya.
“Maksudku, kenapa kamu menculikku?”
"Aku tidak menculikmu ... Aku hanya membawamu pulang." sergah Jungkook.
Sepasang alis Yuna sedikit terajut.
“Pulang?”
Jungkook menganggukkan kepalanya.
"Ini rumahmu." ucap Jungkook.
“Rumahku? Rumahku ada di Gwangju ...”
Jungkook kembali membelai pipi Yuna. Kemudian berkata dengan suaranya yang lembut.
"Itu dulu ... Sekarang rumahmu disini."