Jungkook dan Yuna tiba di mansion setelah waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Yuna memilih untuk duduk di sofa dan membaca sebuah buku bersampul seorang wanita yang tengah menggenggam sebuah lentera. Sedangkan Jungkook segera memasuki kamar mandi setelah keduanya tiba di kamar.
Pria itu langsung melepaskan pakaian yang ia kenakan dan melemparkannya dengan asal, kala ia berdiri di bawah shower. Air hangat mengalir dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya.
Jungkook berharap bahwa air hangat dapat membantu dia menekan libidonya yang sudah ia tahan sejak dia mencium bibir Yuna dan mengatakan bahwa dirinya menginginkan wanita itu.
Akan tetapi ... Ia malah membayangkan jika air hangat yang tengah memanjakan kulitnya saat ini adalah sepasang tangan mungil Yuna yang tengah menjamah setiap inci tubuhnya.
Membayangkan Yuna yang memasang wajah polos saat tangan nakal gadis bisu itu menyentuh tubuhnya, membuat libido Jungkook semakin naik.
"Sial!”
Jungkook mengumpat dan menonjok dinding kamar mandi hingga tangannya tampak sedikit memar. Pria itu menatap bagian pusat tubuhnya yang menegang sempurna hanya karena fantasi gilanya.
Ia mengeram frustasi kemudian mengambil sabun dan memulai ritual untuk menyudahi siksaan gila ini.
Terhitung sudah lebih dari sepuluh kali Jungkook melakukan ritual gila ini semenjak dirinya membawa Yuna untuk tinggal bersama dengannya.
Jungkook bukanlah pria yang mudah terangsang, dia sudah ratusan kali melihat wanita berpakaian seksi bahkan yang hampir telanjang sempurna pun sudah ia lihat. Tapi Jungkook tak pernah merasakan apapun sehingga dia pernah berpikir bahwa dirinya mungkin memiliki kelainan seksual.
Tapi semuanya berubah seratus delapan puluh derajat begitu Yuna tinggal bersamanya.
Gadis bisu itu ... Selalu bisa memancing gairahnya, bahkan ketika dia tak melakukan apapun. Jungkook bisa sangat bergairah karenanya.
Sialan memang!
Jungkook tidak bisa menyentuh Yuna ... Tidak ketika gadis itu belum benar-benar mencintainya.
Dia masih harus bersabar ... Menunggu hingga Yuna mencintainya, sebagaimana ia mencintai gadis itu.
Jungkook tidak pernah benar-benar menyentuh Yuna sampai sejauh yang ia inginkan, karena dia tidak ingin Yuna membencinya karena hal itu.
Dia tidak ingin ...
Semua orang boleh membencinya ... Tapi tidak untuk Yuna ... Gadis bisu itu tidak boleh membencinya.
Hampir tiga puluh menit kemudian, Jungkook baru keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono putih yang membungkus tubuhnya.
Pria itu menaikkan sebelah alisnya kala menemukan Yuna yang tengah cekikikan meski tak bersuara. Dia lantas menghampiri gadis itu dan semakin terheran-heran saat Yuna sama sekali tak terusik dengan kehadirannya yang mencoba untuk ikut membaca apa yang gadis itu baca.
“Apa yang membuatmu sangat bahagia?”
Jungkook bertanya tepat di depan telinga Yuna, yang membuat tubuh gadis itu meremang saat merasakan bisikan di sertai hembusan napas hangat pria itu.
“Pakai ini ... Akan sangat konyol jika kau mati karena kedinginan ...”
Jungkook belum sempat membaca potongan dialog dalam novel yang sedang di baca oleh Yuna, tapi gadis itu sudah lebih dulu menutup bukunya.
Yuna berdiri membuat Jungkook spontan menegakkan tubuhnya kembali, pria itu menatap heran Yuna yang langsung menyimpan bukunya dan menggigit bibir.
Sial!
Jungkook paling tidak tahan melihat gadis bisu itu menggigit bibir bawahnya. Pria itu melangkah maju dan menarik tengkuk Yuna, menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman.
Setelah puas, Jungkook berbisik lirih di depan telinga Yuna. “Jangan pernah menggigit bibirmu di depan pria lain.”
